Kampanye Dan Janji Parpol

Kampanye Dan Janji Parpol

Pelaksanaan masa kampanye pemilu 2009 semakin di depan mata. Tentunya calon-calon kontestan yang mengikuti pertandingan politik akan mulai berlomba-lomba memenangkan kejuaraan lima tahunan ini. Inilah masa dimana parpol datang menjenguk konstituen dan merebut pemilih baru. Dalam waktu kampanye ini setiap parpol punya strategi dalam merebut simpati masyarakat dan sebagai pemilih kita harus cerdas melihat apa yang ditawarkan agar tidak terjebak dalam hingar bingar kampanye.

Dalam marketing politik, kampanye diartikan sebagai ajang para kontestan untuk memasarkan produk-produk politik yang ditawarkan untuk mempengaruhi publik agar membeli produk tersebut. Jika kita analogikan dalam ilmu marketing , produsen adalah partai politik, konsumen adalah rakyat dan pasar adalah masa kampanye Logika ideal pasar adalah dimana produsen dan konsumen sama-sama memiliki hubungan simbiosis mutualisme. Dalam artian, produk politik ( isu, program ) harus memberikan kepuasan pada konsumen

Namun, tenyata cita-cita politik hampir selalu berbeda dengan realitas politik. Parpol sebagai produsen hanya memandang hubungannya dengan konsumen adalah hubungan subjek – objek. Konsekuesi logisnya adalah rakyat dianggap hanya sebagai alat untuk memuluskan parpol untuk menggapai kursi kekuasaan. Setelah menang, parpol balik badan meninggalkan rakyat. Objek identik dengan pasif, dan pasif adalah gambaran matinya ruang interaksi dialogis dan lemahnya posisi tawar ( bargaining position) rakyat di mata parpol.

Musim kampanye adalah musim menebar janji menjaring massa. Menjadi kesalahan fatal ketika untuk merayu massa, parpol memberikan janji-janji yang tidak bisa ditepati. Banyak kita temukan muatan janji utopis yang kadang membuat parpol layaknya entitas yang memiliki garansi akan terciptanya kondisi adil makmur, sentosa dan bebas kemiskinan. Tentunya ini bukan bentuk pengejawantahan pendidikan politik yang baik bagi rakyat. Parpol sebagai salah satu pilar demokrasi harus bisa menjelma menjadi penyambung aspirasi masyarakat. Ketika idealisme dikalahkan pragmatisme demi merebut kue kekuasaan, maka parpol hanya sebagai alat dan kendaraan bagi orang-orang yang haus kekuasaan yang tidak pernah peduli dengan konsep kesejahteraan bersama.

Cara-cara kampanye yang berpotensi mengandung benih-benih konflik sebaiknya dikaji ulang. Coba kita bandingkan metode kampanye melalui debat kandidat dan pawai arak-arakan. Debat kandidat akan memperlihatkan kualitas calon dan apa yang ditawarkan kepada masyarakat, selama ini calon-calon yang tidak berkualitas tertutupi oleh polesan iklan-iklan politik bernilai ratusan juta. Sedangkan arak-arakan menunjukkan ketidakefisienan dan dapat memicu konflik horizontal. Berkaca pada pemilu Amerika Serikat yang lebih mengutamakan debat program para kontestan, kita jangan malu belajar dalam merangkai sebuah dekorasi pesta demokrasi bagi kesejahteraan bersama.

Seiring perkembangan, ternyata rakyat juga makin kritis dalam menentukan sikap dalam kepungan iklan politik dan tebaran calon-calon yang sama sekali tidak dikenal rakyat. Calon-calon dari parpol yang dianggap memiliki rekam jejak yang buruk dihukum dengan tidak memilih kembali. Rakyat harus terus menerus dikuatkan agar memiliki posisi yang setara dengan parpol. Edukasi politik bisa menjadi solusi untuk membuka mata masyarakat dan menjadi kacamata penyaring untuk menilai siapa yang layak dipilih.

Melihat tingkat kekritisan masyarakat, seharusnya membuat parpol juga berbenah diri. Janji adalah utang yang harus dibayar dengan kinerja, bukan iming-iming semata. Rakyat butuh parpol yang berani membuat kontrak politik dengan pemilih. Hal ini penting sebagai legitimasi rakyat dalam menuntut mundur calon dari parpol yang ingkar janji. Parpol jangan hanya datang menyapa masyarakat ketika ada pesta demokrasi, merebut hidangan dan membiarkan rakyat yang mencuci piring kotornya, melainkan ada dan berkontribusi ketika masyarakat butuh makan, saat dililit ketidakadilan dan rindu perubahan.


Adi Surya

Mahasiswa KS 04 FISIP UNPAD

Aktivis GMNI Sumedang


0 komentar:

Posting Komentar

Beri Komentar Anda Di Sini :