Revitalisasi Organisasi Kemahasiswaan

Revitalisasi Organisasi Kemahasiswaan

Mengapa hari ini organisasi kemahasiwaan cenderung kurang berhasil dalam memberi pendidikan terhadap mahasiswa. Setidaknya, kita bisa melihat dari animo dari mahasiswa sendiri yang acuh tak acuh terhadap keberadaan organisasi mahasiswa, seperti Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM), Badan Perwakilan Mahasiswa (BPM) maupun Himpunan Mahasiswa (HIMA). Rendahnya animo ini yang menyebabkan mengapa setiap kegiatan organisasi mahasiswa yang non-hedonis selalu sepi peminat. Bahkan, setiap kali pemilu mahasiswa di kampus, mahasiswa tidak pernah menunjukkan tingkat partisipasi yang tinggi. Selain faktor perilaku individu mahasiswa, fenomena ini tidak bisa dilepaskan dari peran organisasi mahasiswa yang tidak tanggap dan kreatif dalam merangsang keterlibatan mahasiswa dalam kegiatan-kegiatan kampus.

Organisasi mahasiswa sejatinya dibentuk sebagai wadah untuk pengembangan diri secara bakat, minat dan spiritual. Dengan hadirnya organisasi di kampus, setidaknya mahasiswa bisa menjadikan peluang ini untuk mengasah kemampuan dan keterampilan. Organisasi mahasiswa sebagai laboratorium trial dan error sangat efektif dalam membentuk karakter-karakter mahasiswa yang tangguh. Lihat saja, para pemimpin atau tokoh bangsa kita yang hampir semuanya pernah aktif dan menjabat posisi-posisi strategis di organisasi kampus.

Namun hari ini tampaknya gempuran idelogi kapitalisme dan hedonisme membawa organisasi-organisasi mahasiswa ke jurang disorientasi. Bayangkan saja, kegiatan –kegiatan yang bersifat akademis dan kajian-kajian sosial politik selalu mendapat porsi yang lebih sedikit dibandingkan dengan kegiatan yang sifatnya hura-hura. Bahkan, kalau pun kegiatan-kegiatan akademis, spritual dan sosial politik dilakukan, format dan metodenya selalu monoton. Untuk mendapat simpati dari mahasiswa organisasi mahasiswa sudah waktunya untuk lebih kreatif dan persuasif dalam menyajikan konsep kegiatan.

Menyikapi hal ini harus ada proses revitalisasi peran organisasi kemahasiswaan di tengah-tengah masyarakat kampus. Revitalisasi ini mengajak kita berfikir kembali esensi dari keberadaan dan untuk apa sebuah organisasi dibentuk. Sebagai pelayan mahasiswa, kreatifitas tanpa menghilangkan identitas organisasi mahasiswa harus dirumuskan. Kegiatan keagamaan bisa saja menarik bagi kaum hedonis jika dikolaborasikan dengan selingan hiburan yang mendidik. Begitu pula dengan kegiatan hiburan, bisa menarik bagi kaum mahasiswa yang agamis dan akademik, jika memberikan pendidikan dan pelajaran untuk diambil hikmahnya. Organisasi mahasiswa dituntut semakin memainkan peran sentralnya agar dapat dirasakan manfaatnya bagi semua pihak. Tanpa hal tersebut, maka organisasi mahasiswa hanya akan semakin ditinggalkan oleh mahasiswa sendiri dan tidak bereksistensi.

0 komentar:

Posting Komentar

Beri Komentar Anda Di Sini :