Menyandang Predikat Mahasiswa Baru



Menyandang Predikat Mahasiswa Baru


Pengumuman SPMB beberapa waktu yang lalu membawa beragam cerita. Bagi yang belum berhasil mengecap pendidikan di Perguruan Tinggi Negeri (PTN) tentunya harus menjadwal ulang rencana buat masa depan. Namun,bagi yang diterima di kampus negeri, makna kelulusan dimaknai sebagai transisi peran dalam kehidupan sosial. Dari yang tadinya berstatus sebagai siswa berubah menjadi mahasiswa. Tentunya setiap status memiliki peran dan tanggung jawab yang berbeda pula.

Secara sosiologis, kedudukan (status) diartikan sebagai tempat seseorang secara umum dalam masyarakat sehubungan dengan orang-orang lain, dalam arti lingkungan pergaulannya,prestisenya dan hak-hak serta kewajibannya. Sedangkan peran merupakan aspek dinamis kedudukan atau status (Soerjono Soekanto 2000). Dalam artian,peranan menentukan apa yang diperbuatnya bagi masyarakat serta kesempatan-kesempatan apa yang diberikan masyarakat kepada peran tersebut.

Mahasiswa berasal dari kata “maha” yang berarti besar, agung dan “siswa” yang berarti orang yang belajar di sebuah institusi (perguruan tinggi). Jadi secara sederhana dapat didefenisikan sebagai intelektual yang belajar untuk melakukan perubahan sosial. Dilihat dari defenisi tersebut, tersirat sebuah prestise yang cukup tinggi yang diberikan oleh masyarakat kepada mahasiswa.Sebuah tuntutan peran yang mulia untuk melakukan perubahan-perubahan sosial melalui ilmu pengetahuan yang dimilikinya. Sudah seharusnya mahasiswa baru yang akan berdinamika di kampus sejak awal diperkenalkan tugas dan tanggung jawabnya.

Setelah memasuki gerbang dunia intelektual, mahasiswa baru hendaknya melakukan konsolidasi internal terhadap tugas dan tanggung jawab baru yang diembannya. Tuntutan untuk mandiri dan kritis terhadap fenomena-fenomena di sekitar, memerlukan adaptasi yang memerlukan proses dan perencanaan. Jika gagal dalam memaknai fase transisi ini,maka kemungkinan besar status mahasiswa hanya sebuah identitas dengan tetap berkeperibadian dan bermental siswa.

Selain tugas belajar, mahasiswa juga dituntut untuk peka terhadap lingkungan sosial. Hal ini sesuai dengan semangat Tri Dharma Perguruan Tinggi yang didalamnya terkandung tugas-tugas pendidikan,penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Artinya, mahasiswa bukanlah menara gading yang tidak membumi di tengah masyarakat dan sibuk dengan dunianya sendiri. Justru dengan mengejawantahkan ilmu pengetahuan dalam tataran empiris,mahasiswa sudah dikatakan melaksanakan tuntutan status dan peran sebagai intelektual.

Peran sebagai intelektual organik adalah sebagai agent of change dan agent of social control. Sebagai agen perubahan, mahasiswa harus jeli dan kritis terhadap realitas dan terlibat dalam pencapaian sebuah perubahan yang lebih baik. Kondisi sosial yang jauh dari cita-cita kesejahteraan akan menjadi ladang eksperimen untuk mengejawantahkan pengabdian. Setidaknya mahasiswa cukup berhasil meninggalkan jejak langkah dalam guratan sejarah menggulirkan perubahan sosial, mulai dari zaman pra kemerdekaan sampai era reformasi sebagai agen perubahan.

Sedangkan peran kontrol sosial dimaksudkan sebagai tugas mengawal perubahan yang telah diretas agar tidak dibajak oleh penumpang gelap yang pro status quo. Setiap perubahan yang dilakukan hendaknya diselesaikan dengan tuntas.Ini juga sebagai bukti bahwa mahasiswa tidak hanya berperan sebagai pelaku dekonstruksi tanpa solusi. Dengan ikut mengawal proses perubahan,mahasiswa sudah menjalankan perannya.

Untuk mendukung kedua peran tersebut dibutuhkan sebuah perkakas intelektual,yakni ilmu pengetahuan dan keterampilan. Itulah sebabnya tugas utama mahasiswa adalah belajar, agar apa yang diterima di deretan bangku kuliah dapat ditransformasikan ke masyarakat. Namun, tak sedikit pula mahasiswa yang gagal mendefenisikan hakikat sebagai orang-orang yang ditugaskan untuk melakukan perubahan. Sebagian besar terperosok dalam jurang pesta dalam selimut ideologi hedonisme dan individualisme. Akibatnya ilmu menjadi kering makna dan pesta (hedonisme) membuat tumpulnya daya nalar untuk tetap menyuarakan gema perubahan.

Menyandang gelar sebagai seorang mahasiswa adalah sebuah kebanggan. Mahasiswa adalah orang-orang pilihan sejarah untuk melakukan tugas-tugas mulia tanpa pamrih. Perguruan tinggi tidak mencetak orang-orang pintar yang tumpul berkarya bagi lingkungannya. Sudah sepantasnya dan sepatutnya mahasiswa baru tidak hanya terjebak dalam jubah identitas dan status,melainkan belajar memaknai apa arti menjadi seorang intelektual.

2 komentar:

ardi fitra rahman mengatakan...

thx for visit back...

keep writing, too..

Carpe diem..!!!

Anonim mengatakan...

Si akang imut bagettt

Posting Komentar

Beri Komentar Anda Di Sini :