Membangun Nation And Character Building


Membangun Nation And Character Building

Di tengah gegap gempita pesta semarak kemerdekaan si seluruh penjuru negeri, terselip kompleksnya permasalahan bangsa yang sangat kontras dengan perayaan kemerdekaan. Jika kita bertanya apakah kita sudah merdeka ?.Jawabanya tergantung kepada siapa yang menjawab. Jika bertanya kepada konglomerat dan politisi kaya,mereka akan menjawab kita sudah merdeka. Namun,coba kita bertanya kepada kaum miskin,buruh pabrik yang harus lembur demi sesuap nasi, pengangguran dan kaum-kaum marginal lainnya, jawabannya pasti berbeda. Kemerdekaan identik dengan kebebasan dan pemenuhan kesejahteraan bagi seluruh rakyat. Jika rakyat masih ditindas oleh saudara sendiri, ketika asing melalui penjajahan ekonomi masih mendikte arah kebijakan pemerintahan dan saat diri sendiri tumpul dalam memaknai kemerdekaan. Pantaskah kita berpesta di tengah carut marutnya wajah bangsa ini ?

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata merdeka berkaitan dengan penjajahan, berarti lepas dari berbagai bentuk penjajahan dan penghambaan manusia terhadap manusia lainnya, baik penjajahan secara fisik maupun penjajahan dalam bentuk ekonomi, sosial, politik, dan budaya. Dari defenisi tersebut kita kembali merefleksikan perjalanan 63 tahun bangsa ini lepas dari penjajahan fisik. Memang,secara fisik kita sudah lepas dari bentuk kolonialisme, namun apakah kita sudah lepas dari neokolonialisme yang lebih halus (soft) seperti penjajahan ekonomi,politik dan budaya ?.Kita harus jujur,kita belum maksimal dalam menyambung “jembatan emas” yang ditinggalkan oleh pahlawan kemerdekaan kita.

Kita bisa lihat dari sektor ekonomi. Mulai dari ekonomi kita yang disetir oleh IMF,WTO,Bank Dunia juga monopoli modal asing yang menguasai institusi yang menguasai hajat hidup orang banyak sampai tingkat kesulitan hidup yang makin memperihatinkan. Di bidang politik, demokrasi yang kita agung-agungkan ternyata telah dibajak oleh penumpang gelap sehingga yang ada hanyalah politisi dan sistem politik yang menghamba pada uang. Belum lagi di bidang budaya,dimana kita sendiri tidak berkutik ketika negara lain mencomot salah satu budaya asli kita.

Apa yang kita lakukan sebagai generasi yang ditugaskan mengisi kemerdekaan ?. Kemajuan sebuah bangsa dipengaruhi oleh kualitas manusianya. Kita bisa belajar dari kebangkitan Cina,Vietnam,Jepang dan India. Negara-negara tersebut sama-sama memiliki sejarah kelam,namun berhasil bangkit dan kini menjadi pemain–pemain yang menentukan di kancah internasional. Kita tak salah meniru budaya disiplin dan etos kerja bangsa Cina dan Jepang. Bahkan Presiden Soekarno pernah mengutarakan agar membangun nation and character building. Ini menunjukkan bangsa yang maju tidak cukup hanya membangun hal yang bersifat fisik namun juga memiliki karakter dan budaya bangsa.

Tentunya peran pendidikan dalam usaha membangun karakter menjadi point penting.Bangsa yang berprestasi akan menjadi kebanggaan bagi warganya, sehingga akan terus berkarya dalam derap laju persaingan global. Begitu juga sebaliknya,bangsa yang tidak punya karakter disiplin dan etos kerja yang tinggi akan semakin terpuruk dan dilindas oleh zaman.



0 komentar:

Posting Komentar

Beri Komentar Anda Di Sini :