Menggagas Sumpah Pemuda Jilid 2




Menggagas Sumpah Pemuda Jilid 2

Pergulatan bangsa Indonesia adalah dinamika para pemudanya. Pemuda dalam lembaran sejarah merupakan aktor kunci sebagai katalisator perubahan sosial,ekonomi dan politik. Menjadi sebuah kesimpulan yang tidak terbantahkan apa yang dikatakan oleh seorang Indonesianis, Benedict Anderson bahwa sejarah Indonesia adalah sejarah pemudanya. Pemuda menyimbolkan semangat, idealisme, progresif dan berpikir radikal. Sampai-sampai panglima besar revolusi Indonesia, Bung Karno, mengatakan “ beri padaku sepuluh orang pemuda, maka akan berguncang Pegunungan Himalaya”. Artinya, pemuda adalah sosok yang dianggap pembawa perubahan atas kondisi-kondisi yang butuh perubahan. Namun, sungguh menjadi ironi sejarah, ketika hari ini kiprah pemuda tenggelam dalam arus besar hedonisme, kriminal dan pragmatis. Republik kehilangan sosok penjaga dan pengawas yang beberapa dekade lalu begitu heroik menjaga titah bangsa di rel idealisme.

Untuk meneropong dan mencari sebab mundurnya semangat kaum muda untuk membangun negara, kita coba menganalisa dengan metode komparatif kondisi dulu dengan sekarang. Jika kita sejenak berkaca ke masa lalu, tidak dapat kita pungkiri peran pemuda dalam membangun republik sangat vital. Selalu teringat dalam pikiran kita, bagaimana pada tahun 1908, organisasi modern pertama dibentuk sebagai center (pusat) gerakan menuju Indonesia merdeka. Adalah mahasiswa (pemuda) dari STOVIA yang menjadi aktor–aktor perumusnya, sehingga era ini ditandai sebagai tonggak awal kebangkitan nasional. Beranjak atas dasar pemikiran, bahwa gerakan menuju kemerdekaan masih terfragmentasi dalam belahan-belahan suku, geografis , kelompok, maka pemuda Indonesia sadar untuk kemudian menyamakan langkah dan mengepalkan tangan berjuang atas nama kemerdekaan Indonesia. Spirit yang mendorong lahirnya Sumpah Pemuda adalah ruh persatuan yang tercermin dalam satu bangsa, tanah air dan bahasa. Dalam masa ini pula pemuda –pemudi Indonesia mempersiapkan simbol-simbol nasionalisme seperti lagu Indonesia Raya.

Memasuki detik-detik terakhir kekalahan Jepang atas Amerika Serikat, dengan sigap pula pemuda-pemuda menculik proklamator Soekarno-Hatta untuk segera mungkin memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Masa itu terjadi pertentangan antara kaum tua dengan kaum muda tentang kapan seharusnya kemerdekaan dicetuskan. Patut dicatat bahwa kemerdekaan Indonesia belum tentu terwujud jika para pemuda tidak segera mendesak Dwi Tunggal membacakan teks proklamasi. Artinya, kemerdekaan juga merupakan buah dari perjuangan pemuda.

Menarik melihat dinamika dan motivasi gerakan pemuda pasca kemerdekaan. Saat itu musuh bersama mengalami transformasi dari penjajah ke rezim pemerintah yang dianggap korup dan menindas. Terjadi pergeseran sasaran dari borjuasi asing menjadi borjuasi bangsa sendiri. Tumbangnya rezim Soekarno menunjukkan pemuda tidak terpengaruh oleh kharisma dalam menegakkan keadilan. Era demokrasi pancasila Soeharto yang penuh tipu muslihat kemudian menyulut gerakan pemuda menjatuhkan rezim yang tidak pro rakyat. Sampai disini pemuda dielu-elukan sebagai pahlawan reformasi yang bergerak atas dasar moral.

Di tengah pusaran arus globalisasi, pemuda Indonesia seperti kehilangan tempat berpijak. Sumpah yang didengungkan beberapa puluh tahun lalu, hanya jargon kosong tanpa arti. Peringatan sumpah pemuda tahun demi tahun juga hanya sekedar seremoni dan dimanfatkan sebagai momentum politik segelintir orang, dan parahnya banyak pemuda yang tidak tahu isi Sumpah Pemuda 1928. Jika dulu Soekarno, Hatta, Sjahrir , Tan Malaka dan tokoh lainnya berjuang dengan idelogi yang khatam, kini ideologi –idelogi tersebut hanya dianggap barang antik yang sudah layak masuk museum sejarah. Ideologi pemuda adalah kebebasan tanpa batas, pragmatisme dan hedonisme. Sangat jarang kita mendengar sumbangan dan perdebatan gagasan dari pemuda tentang membangun bangsa. Sumpah hanyalah tinggal teks mati yang cukup diperingati setiap tahun.

Catatan-catatan heroisme pemuda bukanlah tanpa koreksi. Pertama. pergerakan yang dilakukan pemuda tidak dapat kita katakan mencerminkan kiprah seluruh pemuda Indonesia. Jika kita lihat, pemuda yang peduli akan nasib bangsanya hanyalah segelintir orang. Sedangkan sisanya, sibuk dengan pencarian identitas yang tak jarang jatuh dalam lubang hitam hedonisme, kriminal dan cenderung pragmatis. Kedua, persatuan pemuda hanya bersifat reaktif. Pemuda cenderung hanya bersatu saat muncul musuh bersama. Penjajah kolonial, komunisme, rezim Soeharto adalah musuh bersama tempat patriotisme itu muncul. Pasca lenyapnya musuh bersama, pemuda seperti kehilangan arah dan malah terpecah dan saling bertentangan satu dengan yang lain. Artinya, pemuda Indonesia sampai hari ini belum bersatu secara alamiah. Ketiga, pemuda dipandang hanya sebagai alat pendobrak yang tidak punya konsep. Setelah kejatuhan orde lama dan orde baru, pemuda justru sekedar pemulus pembajak demokrasi yang berpura-pura pro reformasi.

Apakah cita-cita Sumpah Pemuda sudah tercapai ?. Beberapa waktu yang lalu terdengar isu gerakan separatis seperti Aceh, Riau, Ambon, Papua. Terjadi konflik berdarah atas nama agama dan etnis yang mengancam integrasi bangsa. Sekarang terjadi semacam politik identitas yang cenderung mementingkan kepentingan kelompok di atas kepentingan bangsa.Dari sini dapat terlihat jelas, sudah delapan puluh tahun usia Sumpah Pemuda dan kita masih berbicara bagaimana menyatukan bangsa. Kita belum bicara tentang bagaimana unjuk kekuatan, kita belum memikirkan tentang bagaimana kekayaan alam dikelola dan menunjukkan pada dunia internasional kita adalah bangsa yang berdaulat. Satu bangsa, satu tanah air dan satu bahasa masih jauh panggang dari api. Sudah saatnya pemuda-pemudi Indonesia menggagas sumpah pemuda jilid dua untuk memperkuat kembali nasionalisme, menancapkan tonggak awal kebangkitan dan mengibarkan bendera tanda persatuan. Sudah saatnya kita unjuk gigi pada bangsa lain melalui peran pemuda, apakah itu di bidang seni budaya, olahraga, ilmuwan dan peneliti ,pengusaha, negarawan dan bidang-bidang lain yang harus menjadi ranah berkiprah pemuda. Saat ini pemerintah tengah menggodok RUU Kepemudaan sebagai landasan kongkrit bagaimana peran pemuda dalam agenda pembangunan nasional. Melalui regulasi tersebut kita sama-sama berharap pemuda mendapat perhatian dari negara, karena tidak dapat dipungkiri negara turut memainkan peran penting dalam membangun pemuda-pemudi yang tangguh menghadapi putaran roda zaman.

Perlu dicermati bahwa proyek membangun Indonesia belum selesai hanya dengan sumpah. Pembangunan bangsa merupakan hal yang selalu dinamis dan tak pernah selesai. Pemuda dan pemudi Indonesia saatnya meredefenisi dan merevitalisasi tujuan dan arah perjuangan untuk membangun rumah Indonesia. Kita tentunya tidak ingin suatu hari ada yang mengatakan sejarah kehancuran bangsa Indonesia adalah sejarah pemudanya.



Adi Surya P

Ketua DPC GMNI Sumedang 2007-2009

KNPI Sumedang Bidang Hukum dan HAM

Mahasiswa KS FISIP Unpad


0 komentar:

Posting Komentar

Beri Komentar Anda Di Sini :