Republik Mencari Pemimpin Alternatif

Republik Mencari Pemimpin Alternatif

Sebenarnya wacana pemimpin alternatif tidak perlu muncul tatkala kepempinan nasional berjlan dinamis. Wacana ini justru semakin menegaskan bahwasanya Indonesia sedang mengalami stagnasi kepemimpinan, bukan karena kekurangan pemimpin tetapi lebih pada hegemoni status quo yang tidak pernah puas dengan hasrat berkuasanya. Alumni-alumni pilpres 2004 tampaknya masih akan mewarnai belantika pemilihan presiden dan wakil presiden 2009. Lihat saja Megawati yang kembali mencalonkan diri sebagai presiden. Padahal masih belum hilang ingatan kita penjualan aset-aset bangsa di zaman Mega memimpin. Kemudian ada Wiranto dan Prabowo yang merupakan wajah lama yang nyata-nyata adalah bagian dari Orde Baru dan diduga terlibat pelanggaran HAM. Hari ini Indonesia benar-benar mendambakan pemimpin alternatif.

Pemimpin alternative diartikan secara sederhana sebagai :yang bukan wajah lama”. Isu ini pun kemudian mendapat sambutan yang dinamis di tengah publik. Sambutan ini ditandai dengan munculnya keberanian untuk menerabas jalur lama dan memelopori gagasan baru.Saat ini ada tiga jalur yang sedang diperjuangkan sebagai lorong munculnya pemimpin alternatif. Pertama, jalur independen. Jalur ini adalah jalur non parpol dan baru berhasil sampai pemilihan kepala daerah saja.Kedua,kepemimpinan kaum muda. Pemuda dianggap mewarisi tugas dan tanggungjawab sejarah untuk memimpin dan membawa perubahan di negeri ini. Ketiga, calon dari parpol yang reformis dan bukan status quo. Calon dari partai ternyata masih diminati oleh publik,oleh karena itu jalur parpol juga masih ada harapan untuk melahirkan pemimpin alternatif.

Munculnya pemimpin alternative ibarat oase di padang tandus. Rakyat sudah bosan dan jenuh dengan calon “ lu lagi-lu lagi “. Namun, di tenghah harapan akan munculnya tokoh baru, perjuangan memunculkan calon alternative sangat susah. Hal ini terlihat dari syarat untuk mengajukan presiden adalah 20 persen dari kursi DPR. Begitu juga dengan calon independen yang terhambat oleh konstitusi untuk masuk bursa. Kaum muda pun tampaknya belum akan mendapat angin segar, karena partai politik lebih mengutamakan orang-orang yang punya uang dan massa. Artinya, calon alternatif kecil sekali kemungkinanya untuk tampil.

Ini merupakan bukti bahwa rakyat hanya diberikan kedaulatan semu untuk menentukan pemimpin. Kita hanya penoton dan objek politik dari ekdaulatan parpol. Sudah saatnya mencari dan mengusung pemimpin alternatif yang juga disertai dengan integritas, kapasitas dan akseptabilitas. Indonesia merindukan sosok ratu adil yang dating memebaw kemashalatan bagi tiap-tiap orang di republik ini. Jika status quo gagal, saatnya mencari pemimpin alternatif.

0 komentar:

Posting Komentar

Beri Komentar Anda Di Sini :