KAPITALISME ATAU SOSIALISME


Pembubaran komune di Cina menghebohkan dunia internasional. Pasalnya kebijakan ini telak menghantam landasan ideologi komunis. Sejak awal 1980-an Cina memang secara perlahan tapi pasti mengubah sisitem ekonominya dan sekaligus juga sisitem ideologinya.Dulu sekjen partai harus fasih mengutamakan komunisme. Ia hidup sederhana rela bekerja tanpa dibayar, menolong sipa saja yang memebutuhkan. Mantra-mantra sakti dari mulut Mao, Marx, Lenin hafal luar kepala.
                Namun kita lihat sekarang. Sekjen partai harus pandai mengelola perusahaan, kreatif mencari modal. Ia tidak akan membiarkan sekertaris partai dari desa sebelah menyainginya. Harta kekayaan seorang sekertaris partai sungguh luar biasa. Rumah mewah, mobil keluaran paling up to date pun parker di garasi rumah. Luar biasa.Kita beranjak ke dunia kampus. Di berbagai universitas Cina buku-buku yang menjadi buku wajib bukanlah Das Kapital-nya Karl Marx, Melainkan Road To Serdom-nya Hayek. Wah kebalik nih. Beberapa contoh diatas hanya mau menggambarkan bagaimana perubahan yang terjadi di Cina. Negara yang ditakuti karena komunismen-nya kini bertransformasi menjai penganut idologi pasar. Kenapa bisa begitu ya ?
                Komunisme sudah mati di Cina. Semangat pengorbanan, semangat altruis, semangat mengalah kini berganti menjadi kompetisi. Semangat menjadi kaya. Perubahan ideologi tidaklah redikal terjadi melainkan setahap demi setahap. Namun anehnya para pemimpin Cina tetap mempertahankan komunisme sebagai ideologi resmi negara walaupun dalam praktiknya memeluk ideologi pasar.Memang dulu Cina sudah menerapkan tahap sosialisme awal. Namun ternyata tidak mudah melanjutkan program pembagunan ekonomi.Lompatan jauh ke depan Mao gagal total. Perubahan baru terjadi saat Deng Xiaoping memilih ideologi pasar. Tentunya hal ini mendapat respon yang beraneka ragam di kalangan elit Cina. Deng membiarkan dikembalikannya hak milik pribadi, dan kontrol negara atas sarana produksi dikurangi secara progresif.
                Fenomena ini ternyata membuat hancurnya prinsip sosialisme yang kemudian membawanya menjadi kemacetan ideologis. Kelompok konsevatif menginginkan Cina tetap pada jalur komunisme. Namun kelompok reformis membela sebaliknya, dan bahkan ide-ide mereka dapat membubarkan Partai Komunis Cina ( PKC ).
Akhirnya lewat debat panas dan panjang ditemukan istilah kompromi , yaitu “ sosialisme tahap awal “. Pada tahap ini Cina akan mengerjakan industrialisasi, komersialisasi, sosialisasi dan modernisasi produksi, semua hal yang dicapai pada kondisi kapitalis. Berapa tahap awal ini ?
                Kurang lebih 150 tahun kata Sekjen Partai , Zhao Ziyang.
Untuk mewadahi sistem ekonomi baru ini,para ideologi partai menciptakan istilah “ ekonomi pasar sosialis. Kerangka yang menopang sistem ini berasal dari Deng Xiaoping. Pada saat ini dia memang menjadi pemimpin yang mengatasi semua pemimpin Cina. Wibawanya meembuat elit –elit Cina juga menghormatinya. Kurang lebih 7 bulan sebelum diadakannya kongres ke 14, Deng Xiaoping melakukan perjalanan ke selatan. Disana ia mengelurkan fatwa “ perkembangan ekonomi Cina janganlah seperti perempuan yang berjalan melenggak-lenggok dengan kaki diikat “. Fatwa ini kemudian yang dikenal dengan “ ucapan perjalanan ke selatan “ ini menggoncangkan anggota politbiro.Pada tahun 1997 pertarungan ideologis telah berakhir, yaitu setelah itegaskan lagi “ sosilaisme pada tahap awal “.Pada tahap awal dijalankan dengan mengurangi peran Negara dan meemperluas mekanisme pasar.
                Deng Xiaoping mengatakan untuk mengehntikan perdebatan tentang –isme. “ apa yang baik untuk meningkatkan produktivitas baik juga untuk sosialisme “katanya.
Menarik melihat paparan tentang pergeseran ideology Cina di atas. Biasanya ketika sebuiah Negara sudah commited terhadap suatu ideology , maka ia akan menyingkirkan ideology lainnya. Berbeda dengan Cina, ketika ideology resmi negar adalah sosialisme untuk tidak megatakan komunis namun sekaligus juga melaksanakan mekanisme pasar. Padahal keduanya kalau bisa dibilang sulit sekali untuk mencari persamaannya. Namun mengulang ucapan Deng Xiaoping “ Yang menjadi masalah bukannya kucing hitam atau putih, namun kucing yang bisa menangkap tikus “. Luar biasa.
Diringkas Dari Buku Belajar Dari Cina Karangan I. Wibowo

0 komentar:

Posting Komentar

Beri Komentar Anda Di Sini :