CINA DAN GLOBALISASI

Ada apa dengan Cina ? negeri tirai bambu yang dulu kita kenal sebagai bangsa yang akrab dengan cerita kemiskinan dan perilaku orang Cina yang kotor, membuat wisatawan selalu punya mimpi buruk ketika harus berlibur untuk ke dua kalinya ke Cina. Namun itu dulu. Sekarang Cina menjadi salah satu Negara yang memiliki pertumbuhan ekonomi tertinggi di dunia. Angka pertumbuhan Cina mencapai 7 % pada tahun 2002. Pada era 1900-an Cina dapat ikatakan mengalami transformasi yang amat drastis. Ia benar - benar bagaikan naga terbang yang melesat naik ke udara.
Ada empat model yang biasanya dipergunjingkan sehubungan denan model Cina. Pertama, ekonomi . Sukses Cina mempertahankan angka pertumbuhan sebesar 7 % menjadi pokok pembicaraan yang takj ada habis-habisnya. Kedua, Politik. Bagaimana sisitem politik Cina dapat menciptakan stabilitas ? dengan kehadiran satu-satunya partai komunis Cina sebagai yang berkuasa. Ketiga, Ideologi. Bagaimana mungkin ideologi komunisme itu dapat digeser sedemikian rupa sehingga masih bisa memeberi semangat dan gaya dorong bagi masyarakat. Keempat, globalisasi. Cina masuk dalam pusaran globalisasi dan menjadi salah satu pemenangnya yang bertahan sampai hari ini.
Kebudayaan Cina adalah salah satu kebudayaan tertua di dunia bersama kebudayaan Babilonia, Yunani, Aztek, Mesir. Kebudayaan lain hancur dan lenyap, namun kebudayaan Cina tetap bertahan sampai dengan hari ini. Padahal di era globalisasi banyak kebuayaan-kebudayaan asli mulai tergerus oleh pengaruh interkoneksi dan interdependensi. Tapi berbeda dengan Cina, Negeri yang juga akrab disebut negeri gingseng ini tetap berkibar di tengah deru globalisasi.
Globalisasi pertama yang dialami Cina adalah pada saat menjalin hubungan dagang dengan kekaisaran roma. Cina juga dimasuki oleh agama-agama yang datang dari luar sepereti Kristen , Buddha, dan Islam. Masa Dinasti Tang melahirkan yang disebut “ pax sinica “. Dilanjutkan oleh Dinasti Ming yang mungkin dikenang sebagai Dinasti yang menjalankan globalisasi pada tingkat yang paling ekstensif. Pada Dinasti Qing, para misionaris yang hendak menyebarkan agama masuk ke Cina. Pertemuan dengan orang-porang dari barat pada abad ke 16 ini membuat perubahan pada kebudayaan Cina. Misalnya masuknya misionaris memeperkenalkan peta dunia dan teknologi pada pemimpin-pemimpin Cina. Namun karena misionaris dianggap melangkah terlalu jauh dalam menyebarkan agama , maka Cina menjalankan kebijakan pintu tertutup. Globalisasi ketiga tidak terbendung lagi ketika berkali-kali Cina menolak permohonan utusan Inggris untuk menjalin hubungan dagang. Akhirnya Inggris menyerang Cina yang disebut sebagai peristiwa “ perang candu “.
Pada saat itu kaum intelektual seperi Sun Yat Sen menganggap runtuhnya kekaisaran sebagai era baru perubahan di Cina. Pandangan mereka bahwa sisitem kekaisaran harus dibubarkan dan diganti dengan pemerintahan yang lebih modern. Selain itu ajaran konfusionisme dianggap sebagai biang kekalahan Cina pada perang candu. Puncak penolakan konfusionisme ini terjadi pada peristiwa “ empat mei “ pada tahun 1919. Kemudian sekelompok kaum intelektual Cina menyepakati ajaran komunisme sebagai ideology perjuangan mereka yang kemudian disusul oleh berdirinya Partai Komunis Cina tahun 1921. Sun Yat Sen memilih bentuk pemerintahan “ republik, engan mengganti kaisar menjadi raja. Terlihat bahwa Cina ingin beranjak dari system pemerintahannya yang lama menuju pemerintahan modern.
Globalisasi ke empat berlangsung sejak berkuasanya PKC pada tahun 1949. Cina resmi membuang semua warisan kebudayaan lamanya dan menggantinya dengan kebudayaan global yang diwakili oleh komunisme. Puncak dari globalisasi ke empat ini adalah yang disebut “ revolusi Kebudayaan Proletar “Pada tahun 1966. Pada saat itu terjadi penghancuran dan pemusnahan terhadap segala bentuk kebudayaan lama kecuali bahasa.
Kemudian Deng Xiaoping dengan penuh semangat menyambut datangnya globalisasi. Ia dianggap akan membawa perubahan di Cina. Pelarangan memelihara kebudayaan tradisional dicabutnya. Kemudian ia mengeluarkan slogan Gaige Kaifang ( Reformasi dan membuka diri ). Saat ini Cina menjadi anggota semua organisasi internasional , mengikat hubungan dagang dengan Negara-negara di seluruh dunia. Setiap peristiwa global dan mondial yang diikuti selalu menyebabkan luapan emosi gembira pada rakyat.
Kesenian Cina juga berubah. Salah sati indikasinya adalah pelukis-pelukis Cina meninggalkan gaya realis – sosialis yang begitu jaya pada revolusi kebudayaan. Mereka berpaling ke gaya seni yang berkembang di barat. Pada tigkat pop culture, rakyat Cina saat ini menikmati nyanyian lagu-lagi yang mengaliur dari Hong-kong maupun dari Taiwan.
Jelas nampak obsesi di seluruh Cina untuk menjadi modern atau memiliki kebudayaan global. Dengan potensi dan kekuatan yang dimilikinya saat ini , Cina diramalkan akan menguasai perdagangan dunia. Siapa yang tidak mau seperti Cina ? Sudah saatnya kita melihat ke depan dan membuat sebuah perubahan. Cina saja bisa, kenapa kita tidak
Diringkas Dari Buku : Belajar Dari Cina
Adi Surya
Ketua DPC GMNI Sumedang


0 komentar:

Posting Komentar

Beri Komentar Anda Di Sini :