Meletakkan Kebenaran Di Atas Koalisi


               Turbulensi politik seringkali tidak mencerminkan proses pencarian menuju sebuah kebenaran. Bahkan dalam praktiknya, pertarungan politik yang terjadi selalu berbicara tentang kepentingan yang menguntungkan segelintir. Apakah itu soal kekuasaan,citra pro rakyat maupun soal tetek bengek urusan bargaining sekelompok kekuatan politik yang memancing di air keruh. Hal semacam ini yang tercermin dalam pola, gerak, mimik, retorika anggota pansus Century. Lantas kemudian terdengar isu perombakan kabinet,hal ini kita tidak bisa lepaskan bahwa kabinet adalah cermin politik anggota pansus. Namun pertanyaannya adalah,bagaimana kita sebagai rakyat kecil memandang turbulensi dan isu perombakan tersebut ?

                Sebagai pemegang sah mandat dari rakyat dalam bingkai sistem presidensial, tentunya presiden punya hak prerogatif untuk mengganti menterinya. Namun, selama pergantian itu terindikasi untuk menekan proses pencarian kebenaran di panggung pansus,tentunya kita tidak bisa menutup mata. Tidak bisa kita acuh karena kebenaran sejatinya adalah milik rakyat juga. Isu perombakan dihembuskan oleh petinggi partai demokrat yang menilai anggota koalisi banyak yang keluar jalur.Ibarat permainan sepakbola, partai demokrat memandang banyak pemain yang tidak seirama dengan tim,harus diganti. Padahal koalisi tidak sama dengan tim sepakbola. Sejatinya koalisi dibangun atas dasar komitmen bersama membangun bangsa di atas warna-warni politik identitas.Tetapi jangan sampai hal ini diartikan sebagai sebuah penyeragaman atau monopolitik ketika berhadapan dengan pencarian kebenaran. Artinya, kebenaran harus tetap dijunjung di atas segala kepentingan politik.

                Melihat peta politik sementara di pansus, memang membuat partai pemimpin koalisi harus memutar otak. Dari sekian banyak partai pendukung pemerintah, hanya PKB dan Demokrat yang menyatakan bailout bank century tidak bermasalah. Kemudian muncul isu reshuffle membuat publik bertanya, jangan-jangan untuk menekan koalisi agar melunak. Persoalannya, pansus adalah forum politik yang tujuannya mencari kebenaran. Jika kebenaran harus dikubur dengan transaksi maupun pressure politik, sangatlah tidak elok jika kita yang berada dalam posisi pencari kebenaran (korban century).

                Benturan kepentingan di antara angggota koalisi memang berbau tidak terlalu sedap. Golkar  misalnya, begitu bersemangat mengungkap kesalahan pemberian bailout dikarenakan dugaan motif politik untuk mengganti jabatan Sri Mulyani dengan orang-orang Golkar. Sedangkan PKS,PPP,PAN memang dari sejak kabinet pertama,terkenal dengan gertak sambal yang seringkali berakhir tidak sepedas sambalnya. Terepas dari motif politik itu ,rakyat cuma butuh kebenaran diungkap secara konsisten. Kita juga akan mencatat partai mana yang akan surut dan mundur teratur sembari menjilat ludah ketika berhadapan ancaman reshuffle.

Silang menyilang dalam politik memang sebuah keniscayaan. Namun perlu kita ingat, selama pertarungan politik berada dalam arena mencari keadilan, walaupun terkadang berbau “tipu-tipu”, biarkan berjalan secara elegan dahulu. Jika memang terdapat kesalahan,mari mengaku salah. Tidak perlu dengan “menodongkan senjata” untuk menutup mulut anggota pansus. Jika memang koalisi dimaksudkan juga untuk menyeiramakan dalam kebobrokan, kesalahan, keburukan, menjadi pertanyaan bagi kita semua, apakah koalisi ada di atas kebenaran, atau kebenaran ada di atas koalisi ? Salam.

0 komentar:

Posting Komentar

Beri Komentar Anda Di Sini :