Di Dalam Keheningan

Di Dalam Keheningan


Untukmu...
yang telah berhasil mengangkatku dari rasa sedih dan terpuruk, membuatku merasa penting dan istimewa, menemaniku di pagi, siang, dan malamku...
Terima kasih untuk telah hadir dan menyeka setiap tetes air mataku dan memberi tawa dalam sepanjang hariku..cinta




Di dalam gelap pun ku merasa terang
Di kala mati pun ku merasa tetap hidup
Di saat perang ku rasakan damai
Di dera benci pun kerasakan cinta
Jika Bersamamu..bersamamu

Mencoba untuk terus melangkah
Berpegang erat untuk tak jatuh dari garis kematian
Melawan ombak menahan badai
Merelakan sebelah jantungku, membunuh rasa sakiku
Semua Untukmu..untukmu

Kan kupetik bintang temani bulanmu
Kuhapus awan agar tak halangi pancaranmu
Kupadamkan neraka agar hanya ada surgamu
Kuhapus benciku agar tersisa cintamu
Kuhembuskan nafasku untuk hidupmu
Hanya untukmu…
Ada hitam dan putih
Ada besar dan kecil
Ada gelap dan terang
Ada siang dan malam
Ada aku dan kamu
Sekali lagi, Aku dan kamu…

REFORMASI INTERNAL DAN EKSTERNAL GMNI

REFORMASI INTERNAL DAN EKSTERNAL GMNI

MERDEKA !!! MENANG !!! JAYA !!!


Berubah atau Mati !!!

Bernard Shaw pernah berujar “Progress is impossible without change,and those who cannot change their minds cannot change anything”. Di zaman yang semaikin kompleks ini, change (perubahan) adalah harga mati untuk mendapat tiket menuju keberhasilan. Pada tahun 1992,Bill Clinton terpilih sebagai Presiden Amerika Serikat dengan pesan komunikasi politiknya yang berbunyi Change. Kekuatan pesan ini pula yang kemudian mengantarkan Obama menuju kursi gedung Putih. Fenomena ini juga melanda bidang lain seperti teknologi,birokrasi,lembaga pendidikan dan bidang-bidang lain yang mau tidak mau harus menyesuaikan diri dengan semangat zaman.

GMNI dalam perjalanan sejarahnya selalu menghadirkan narasi sejarah konflik dan selalu tertinggal dalam era persaingan ini. Selama 54 tahun,pasang surut perkembangan organisasi selalu lebih mendominasi daripada prestasi. Konflik,merosotnya kualitas dan kuantitas kader, penjabaran dan pembumian ideologi yang mandul,buruknya manajemen organisasi membuat kita tidak pernah mengangkat topi tanda kebanggaan. Artinya, saya hendak mengajak kita untuk sama-sama berpijak dan sepaham bahwa kita mau tidak mau,suka tidak suka harus berubah kalau tidak mau diubah..

Visi :

Misi :

1. Mendorong reformasi kebijakan publik yang dapt meningkatkan derajat kehidupan kelompok marjinal

2. Memperkuat inisiatif lokal agar dapt memperjuangkan upaya peninngkatan derajat kehidupan kelompok marjinal

3. Mendorong terjadinya sinergi antara proses-proses kebijakan publik dengan penguatan inisiatif lokal.


Analisis Internal dan Eksternal Organisasi


Strenght

Weakness

Opportunity

Threatment

Dasar ideologi menjadi ideologi bangsa


Konflik internal organisasi


Dapat Membangun gerakan yang jelas

Perpecahan dan lambannya organisasi karena kehabisan energi

Struktur organisasi terdapat hampir diseluruh propinsi di Indonesia (kecuali NAD

Rendahnya tradisi intelektual


Kerja-kerja yang terstruktur dan sistematis

Kader bergerak tanpa adanya sebuah pijakan ilmiah yang bersifat akademis.

Kader sebagai Jaringan kerja tersebar di berbagai bidang



Rendahnya tradisi organisatoris


Gerakan yang massif

Kader bersifat pragmatis dan elitis.

Organisasi yang

Tidak berwibawa.

Alumni yang tersebar dalam berbagai bidang

Minimnya Kordinasi dan Komunikasi Antar sesama Struktur (presidium,DPC dan Komisariat )

Supporting System Untuk mendukung kerja-kerja organisasi

Perpecahan dan konflik.

Reformasi dan Demokratisasi

Gerakan yang berorientasi pada aksi reaktif

Ruang gerak yang luas untuk menyebarkan ideologi dan menyikapi persoalan kebangsaan

GMNI tidak akan dianggap sebagai organisasi yang sulutif

Perubahan Teknologi Di bidang komunikasi dan informasi

Gagal membangun komunikasi dan hubungan strategis dengan masyarakat

Menjadikan perubahan teknologi sebagai salah satu alat perjuangan GMNI yang berskala luas.

Organisasi tidak akan


Buruknya Kemandirian Dana


Kader-kader pragmatis


Distribusi kader ke posisi-posisi strategis lembaga sosial politik yang minim


Organisasi tidak akan diminati lagi dan perlahan akan menuju kehancuran.


Intervensi Kepentingan elit partai ke tubuh organisasi


Arah perjuangan disetir oleh kepentingan individual atau kelompok.


Kebijakan tentang Dilarangnya organisasi GMNI untuk masuk kampus


GMNI tercerabut dari akarnya sedniri yaitu kampus


Citra Organisasi yang negatif


Pandangan negaatif terhadap organisasi sehingga tidak akan bisa tumbuh.


Gagal mendefenisikan dan menyesuaikan ideologi dengan semangat zaman.


Ideologi Marhaenisme akan kehilangan dan bisa mati karena tidak ada penyesuaian.


Jaringan strategis dan taktis yang minim.


Terkucil dan Program-program yang sulit berjalan.














Kristalisasi Masalah

  1. Lemahnya dan tidak terstrukturnya pola kaderisasi

  2. Manajemen Organiasasi

  3. Komunikasi dan Jaringan

  4. Format Gerakan

  5. Kemandirian Dana

  6. Tidak ada kedaulatan Politik Organisasi

  7. Konflik Internal

  8. Penataan ,Profesionalisme dan Citra Organisasi


Melangkah Ke Depan

Ada 3 konsepsi yang dituntut perubahan :

  1. Melihat

  2. Bergerak

  3. Menyelesaikan







Pemimpin diibaratkan sebagai mata yang bukan sekedar bergerak secara acak,melainkan seseorang yang melihat sesuatu secara visioner,sesuatu yang tidak kelihatan atau belum dilihat banyak orang. Maka persoalan pertama kita adalah membukakan mata orang untuk “melihat”. Untuk itu perlu sebuah rumusan dan gagasan yang dianggap memberi angin segar optimisme untuk kebangkitan organisasi.



DI BIDANG ORGANISASI

Isu : 1. Penataan ,Profesionalisme dan Citra Organisasi


Dalam hal pengembangan organisasi komisi organisasi membagi menjadi dua hal penting yaitu dalam bidang internal dan eksternal ,penjelasannya yaitu

Internal :

1. Struktur Organisasi

Mengevaluasi kinerja presidium yang dapat dikatakan lambat dalam kerja-kerja organisasi diakibatkan karena tidak adanya kesatuan dan lemahnya penghormatan terhadap struktur membuat GMNI butuh struktur organisasi yang bisa mengambil keputusan yang cepat dan tepat.

2. Penataan dan profesionalitas berorganisasi ( administrasi dan financial )

  1. Pimpinan nasional hendaknya memiliki kemandirian dalam bidang administrasi untuk meningkatkan kinerja organisasi.

  2. Pimpinan nasional hendaknya memperbaiki dan mengembangkan alat-alat administrasi yang telah ada dan yang dibutuhkan.

  3. Diperlukanya suatu strategi atau bentuk program realistis dari pimpinan nasional dalam mengusahakan kemandirian dana .

  4. Disamping hal tersebut, pimpinan nasional ke depan, dipandang perlu untuk melakukan penyeragaman teknis surat-menyurat, yang meliputi, kop surat dan stempel organisasi, nomor surat dll. Selain penyeragaman teknis surat menyurat,juga harus melakukan penyeragaman perangkat-perangkat organisasi, berupa, bendera, seragam organisasi.


3. Sekretariat dan Sarana Prasarana

Merekomendasikan pimpinan nasional untuk mengadakan sekretariat yang bisa mendukung dan mewadahi GMNI seluruh Indonesia.

4. Pemahamam beorganisasi dan kaderisasi

Pimpinan nasional harus menemukan cara untuk menambahkan rasa cinta terhadap GMNI (meningkatkan rasa sense of belonging )

5. Program kerja yang realistis

Pimpinan nasional harus memiliki program yang jelas ke depan yang dijelaskan di komisi program dan kaderisasi.

6. Citra Organisasi

Pimpinan nasional hendaknya memiliki divisi / bagian untuk mempublikasikan dan mendesain citra GMNI agar lepas dari stigmaisasi dan familiar di tengah masyarakat sebagai organisasi yang memperjuangkan kaum marhaen.

Eksternal :

1. Hubungan dengan sesama organisasi

Hubungan antar organisasi dan membangun jaringan hendaknya digunakan untuk pembangunan ke dalam organisasi

2. Hubungan dengan masyarakat

Untuk pengembangan organisasi pimpinan nasional bersama DPC se-Indonesia harus berhubungan dan senantiasa ada dengan masyarakat.

3 Pengarahan program kerja

Program-program kerja yang sesuai untuk merespon kondisi zaman.



PROGRAM-PROGRAM UNTUK KEORGANISASIAN

Internal

  1. Konsolidasi organisasi yang terprogram dan sistematis melalui forum dan kegiatan baik itu skala nasioanl maupun regional.

  2. Penertiban administrasi meliputi pendataan dan pembentukan cabang-cabang baru.

  3. Mengupayakan sekretariat dengan fasilitas keorganisasian seperti Komputer, Internet, Printer,Telepon/Fax dan sebagainya yang mendukung program kerja.

  4. Membentuk divisi / komite/ struktur yang membawahi bidang pemasaran GMNI.

  5. Membuat Panduan Organisasi (PO) agar ada sinergisitas anatar seluruh elemen GMNI. Menyangkut.

  6. Menjalin kerjasama dengan lembaga negara atau swasta yang simbiosis mutualisme untuk memperoleh kemandirian dana selama tidak bertentangan dengan aturan main organisasi.

  7. Menjalin kerja sama dengan Korda untuk membuat acara kaderisasi dalam tiap regional.




DI BIDANG KADERISASI

Isu : Format kaderisasi, Lemahnya budaya Intelektuasl dan tumpulnya pemahaman ideologi


Kemerosotan organisasi yang terjadi selama ini bermuara pada proses kaderisasi yang lemah dan tidak berkembang. Kaderisasi menurut AD/ART GMNI terbagi atas Kaderisasi Tingkat Dasar (KTD), Tingkat Menengah (KTM) dan Tingkat Pelopor(KTP). Dari tujuan umum kaderisasi dapat dimaknai sebagai :

  1. Meningkatkan pemahaman dan keyakinan ideologis.

  2. Memiliki kemampuan dan keterampilan politik.

  3. Memiliki kesadaran dan militansi berorganisasi

  4. Memiliki kepekaan dan keberpihakan sosial.


Materi dan Metode Kaderisasi


Dalam dunia pelatihan, ada yang dikenal dengan konsep andragogi yang berarti merancang sesuatu secara bersama anatara pembicara dengan pesereta, dengan mengedeapnkan dialog dan saling argumentasi anatar peserta pendidikan.

Dalam pelatihan/kursus yang dihadiri olrang dewasa,dibutuhkan suatu metodologi yang sangat berbeda dengan sekolah konvesional. Namun,demikian,banyak sekali metode pelatihan konvensional ditiru dan diturunkan secara mentah-mentah dan diterapkan dalam kegiatan pelatihan andragogi. Hal ini bertentangan dengan konsepsi diri,pengalaman,orientasi belajar dan kesiapan belajar peserta.Kondisi yang kondusif dan dinamis akan turut mendukung pemberian materi yang dialkukan secara dialogis partisipatoris.

Metode Penyampaian Materi

  1. Ceramah

Suatu metode penyampaian materi tanpa banyak partisipasi dari peserta dalam bentuk pertanyaan,kritik atau diskusi.

  1. Brainstorming

Pemateri menyampaikan suatu masalah kepada peserta dan mereka diminta untuk mengajukan pendapat dalam suasana cair dan tidak ada pendapat salah atau benar.

  1. Dialog

Dialog merupakan proses dialektis. Pihak-pihak yang berdialog mempunyai pengertian tertentu terhadap sesuatu yang didialogkan.

  1. Diskusi

Diskusi adalah pertukaran pendapat,perasaan,pengalaman antara dua orang atau lebih tentang topik tertentu yang menarik perhatian.

  1. Studi Kasus

Merupakan landasan diskusi yang bersifat analitis dan landasan bagi pengembangan alternatif-alternatif pememcahan persoalan.

  1. Role Play (permaiann peran/simulasi)

  2. Praksis

Metode daur aksi dan refleksi yang dilaksanakan secara sadar dan berkesinambungan. Setiap aksi perlu diikuti dengan refleksi,analisis dan dinilai agar dapat diketahui kelemahan dan menarik pelajaran.

  1. Outbound

Kegiatan outdoor (luar ruangan) yang dilakukan dengan penekanan utama pada pengembangan tim dengan menyajikan masalah yang memerlukan pemecahan melalui kerjasama tim.




Untuk mendukung hal tersebut kiranya pimpinan nasional harus melakukan hal-hal sebagai berikut :

  1. Format kaderisasi dalam sebuah buku / silabus yang berisi Pemahaman Ideologi, Ke-GMNI-an, materi –materi yang mendukung dan relevan dengan tujuan organisasi dan perkembangan zaman.

  2. Distribusi kader ke dalam posisi-posisi strategis.

  3. Adanya bentuk punisment dan reward bagi cabang-cabang yang dianggap berprestasi membangun GMNI.

  4. Membuat diskusi,forum,lokakarya,seminar atau acara-acara yang dapat menambah dan memperkaya pemahaman kader akan perjuangan GMNI.

  5. Melaksanakan Kaderisasi Tingkat Pelopor.

  6. Membuat lomba–lomba yang berkaitan dengan kaderisasi seperti lomba penulisan.

  7. Bekerjasama dengan lembaga-lembaga/organisasi lain/instansi untuk kepentingan transformasi pengetahuan dan keterampilan.



DI BIDANG POLITIK

Isu : Intervensi Elit,Konflik Kepentingan,Demokrasi Prosedural, Liberalisme,Pemilu 2009 dan Isu-isu kerakyatan.

  1. Sikap politik Pimpinan Nasional

  2. Pemetaan politik

  3. Peluang aliansi strategis dan taktis

  4. Ideologisasi dan Massifikasi Gerakan

  5. Advokasi Kebijakan dan Pengorganisiran Rakyat


Pertama, melihat dan mengamati perkembangan yang ada dan terjadi di dalam masyarakat, terutama dalam menghadapi euforia demokrasi yang menuntut adanya keterbukaan di seluruh aspek kehidupan masyarakat, maka GMNI mendatang :

  1. Turut berperan serta dalam proses pembangunan politik nasional-regional dan lokal, dengan menitikberatkan pada pengawasan jalannya proses demokrasi .

  2. Ikut ambil bagian dalam proses pendidikan politik yang dapat mendukung pembangunan politik di tingkat masyarakat secara umum.


Kedua, mengamati perkembangan yang terjadi, GmnI melihat adanya suatu faham yang memberikan pengaruh yang cukup luas, yaitu fundamentalisme agama dan liberalisme. GmnI memandang perlu untuk menyikapi berkembangnya fundamentalisme agama dan liberalisme ini karena dalam penerapannya dalam politik, berpotensi memunculkan adanya suatu sistem negara yang teokrasi yang hanya didasarkan pada keyakinan satu agama saja, yang menimbulkan indikasi ketidakadilan dan tidak adanya kebersamaan yang justeru bertolak belakang bahkan bertentangan dengan asas dan prinsip GmnI.

Selain itu, adapun dalam menerapkan suatu faham, GmnI menyadari bahwa diperlukan instrumen-instrumen yang dapat dijadikan sebagai alat penyokong utamanya. Dalam hal ini menuntut DPC GmnI mendatang untuk mengambil sikap terhadap organisasi dan kelompok-kelompok yang bertolak belakang dengan GmnI baik di tingkat nasional maupun lokal.

Ketiga, dalam menentukan peluang aliansi strategis dan taktis, maka GmnI perlu mendasarkannya pada pemetaan politik yang ada, dimana dianggap suatu yang perlu untuk menjadi aliansi dengan organisasi-organisasi yang sejalan dengan GmnI dan di satu sisi juga harus menguatkan diri melalui konsolidasi sehingga tercipta adanya GmnI yang berkekuatan mandiri.

Keempat, dalam hal ideologisasi gerakan, GmnI memandang hal ini menjadi suatu yang cukup penting, karena memiliki pemahaman bahwa ideologisasi/proses penanaman ideologi gerakan memiliki substansi yang cukup vital, yaitu adanya suatu pergerakan. Pergerakan ini merupakan suatu konsekuensi bagi GmnI yang telah mendeklerasikan dirinya sebagai organisasi gerakan.

Kelima, menjalin kerja sama dengan pers dan lembaga-lembaga/instansi pememrintah atau swasta dalam kerangka kemitraan strategis untuk mendukung kerja organisasi. Perjuangan untuk rakyat marhaen tidak selamanya anti pemerintah,tapi kita bisa membantu pemerintah melalui program-program yang sesuai dengan visi misi organisasi.

Keenam,berpartisipasi aktif dalam pemilu 2009 dengan peran fasilitator dan educator untuk memeberikan pendidikan politik pada masyarakat. Disamping itu,GMNI sebagai agent of social control juga harus mengawasi pelaksanaan pemilu 2009 dari politisi-politisi busuk.Semisal membuat lembaga taktis yang fokus pada gerakan anti poitikus busuk.

Ketujuh,advokasi kebijakan. GMNI selama ini hanya mampu dalam tataran gerakan protes tanpa solusi. Ke depan GMNI harus mampu menawarkan solusi apakah berbentuk konsep tandingan versi GMNI untuk menjadi masukan bagi pengambil kebijakan. Diharapkan uapaya ini akan membuat bargaining position GMNI akan lebih tinggi.

Kedelapan, melakukan aksi-aksi serentak dan memiliki isu yang sama untuk menyikapi momen-momen tertentu. Massifikasi gerakan ini selain membawa efek “boal salju” juga membuat GMNI semakin dikenal oleh rakyat sebagai organisasi perjuangan rakyat marhaen.

Kesembilan,pengorganisiran rakyat.Untuk mendukung pola advokasi kebijakan,sudah menjadi hukumya GMNI ada di tengah masyarakat.Pengorganisiran dalam kerangkan community development dan massa aksi dalam merespon krisis ekonomi dan politik yang menyengsarakanrakyat akan membuat rakyat memiliki daya tawar yang tinggi di hadapan pemerintah, sehingga kesewenang-wenangan penguasa akan terminimalisir.


Ucox Unpad

Ketua DPC GMNI Sumedang


Menunggu Waktu

Menunggu Waktu

Menunggu waktu mungkin sangat membosankan bagi kebanyakan orang. Tapi bagiku tidak. Aku selalu menunggu malam itu dengan riang hati. Duduk di depan layar komputer dan menyapa semua orang yang berlomba untuk eksis. Aku sekarang ketagihan facebook.Sebuah jejaring sosial yang lagi naik daun. Bagai kecanduan putaw,aku selalu on di dunia maya. Sudah 600 lebih kawan-kawanku dan kini merangkak menuju 700. Dan aku menikmati saat-saat ini. Sampai pagi menjemput pun aku hiraukan. Ada sebuah kepuasan disana.

Kadang ada berita dari orang-orang karo yang manisnya minta ampun. Muda mudi manado, lampung, dan tentunya rekan-rekan GMNI seluruh Indonesia dan anak –anak kampus adalah orang-orang yang tidak pernah absen untuk kusapa. Apalagi statusku di facebook mulai eksis. Aku mengelola 3 group yang lumayan peminatnya. Pertama aku membuat ide tentang bagaimana komunikasi seluruh pemuda-pemudi Indonesia yang aku kenal bisa saling berinteaksi. Lalu aku pun membuat Forum Diskusi Pemuda Indonesia (FDPI). Lantas aku pun didaulat untuk mengelola Group GMNI Nasional dan terakhir aku membuat Group Kesejahteraan Sosial 2004 yang selalu penuh komentar yang mengocok perut. Dasar tukang gosip ketemu tukang obat..hajar terus.

Dan yang selalu aku temaniku adalah seorang cewe batak,anak HI 08. Yang bikin gemes dan sekaligus lucu. Kemarin aku mengirimkan panduan menulis padanya. Mudah-mudahan dia ingat. Karena aku hapal banget dah panas-panas tahi ayamnya.Kemarin kita berdebat paling sok tahu tentang grup musik the Adams.Chatting dengannya kalau ga kuat fisik bisa cepat mati juga. Aku selalu menyerah dan mengangkat bendera putih. Dan berkata “abang sudah mengantuk dek” dan seperti biasa balasanya “ thanx,ok,God Bless u”...dan diakhiri simbol senyuman.

Aku mulai menikmati hidup. Sambil terus ingatkanku tentang skripsiku yang belum juga tamat. Aku Cuma butuh pihak luar untuk motivasi dan menghajar bokongku agar aku tidak terlalu berleha-leha dengan waktu. I nedd help..

Mencari Makna

Mencari Makna

Perempuan itu hanya mengerti di permukaan saja. Dia hanya peduli dengan apa yang kini dirasakannya.Sang suami sudah 6 hari tidak berkomunikasi denganya. Tak ada angin,tak ada hujan. Hilang begitu saja. Perempuan itu membanting segala yang ada di sekelilingnya, pertanda dia marah besar. Bermacam analisa berseliweran di dalam otak kirinya. Air matanya tumpah ruah dan emosi membakar darahnya hingga mendidih. Dan ia pun memutuskan ikut menghilang. Semuanya senyap. Tawa yang kemarin masih renyah,kini hambar. Masih tersisa satu film lagi yang belum ditonton di bioskop favoritnya dan kini film itu menjadi saksi bisu. Tapak-tapak kemesraan itu pun masih teringat jelas. Bagaimana mereka bercumbu dibalik selimut dan memacu hasrat sampai keringat penghabisan. Sunyi.

Ternyata sang suami pergi bukan karena kehilangan cinta. Bukan karena bosan dan jenuh dengan problematika hidup. Lelaki itu duduk di bawah pohon rindang. Mencoba menjernihkan hatinya dari pikiran-pikiran yang selama ini mengganggunya. Sengaja ia lari dari keramaian. Ia pergi ke tempat saudaranya di pedalaman. Hatinya gundah gulana. Sudah 40 tahun mereka menikah. Bahkan ia sendiri pun tidak pernah percaya dengan waktu yang sudah selama itu. Namun, selalu ada yang mengganjal hatinya yang perempuan itu tidak bisa menjawabnya. Ia pergi sejenak untuk menguji dan memantapkan cintanya.

Lembayung senja menghiasi sore yang agak cerah. Ilalang bergemericik pertanda ia dibelai-belai angin yang sedang gelisah. Dua tahun berlalu. (bersambung)

Hidup Untuk Mati


Hidup Untuk Mati

Kepulan asap rokok berkejar-kejaran membentuk formasi lingkaran yang semakin lama pecah dan bubar. Seorang lelaki,tinggi,dengan kulit hitam manis duduk bersandar di lemari pakaian yang tampak sudah berumur. Usia lelaki itu sudah mencapai 59 tahun dan mulai sakit-sakitan. Rumah kayu sederhana sudah berpuluh tahun ia tempati sendirian. Tidak ada yang spesial di rumah itu, tidak juga ada barang-barang mewah. Sesekali batuk kecil menginterupsi hisapan rokoknya yang dalam. Mungkin paru-parunya tidak tahan dan muak dengan racun yang dilegalkan oleh negara itu setiap hari menghujani rongga dadanya. Batuk ini memang belum berhenti sejak tiga bulan lalu. Mukanya tampak lelah ,seperti orang kurang darah. Di ruangan inilah tempat dia menggugat hidup.

Hidup baginya adalah sebuah hukuman di dunia. Manusia lahir,tumbuh,berkembang biak dan akhirnya mati. Baginya manusia hidup hanyalah untuk mati. Cuma, mati seperti apa yang diinginkan manusia itulah yang kelak menetukan bagaimana ia menjalani hidup. Harapan mati yang indah dan damai, tiada meninggalkan kesulitan dan derita orang yang ditinggalkan adalah cita-cia semua orang. Dari sinilah semua itu berangkat. Bagaimana orang-orang berusaha mendapat yang terbaik dalam hidup. Ingin dapat pekerjaan yang dinikmati, ingin punya rumah mewah, uang berlimpah dan pasangan hidup yang setia menemani sampai mati menjemput. Semua orang ingin mati dengan nyaman.

Berbicara kematian, maka kita berbicara sebuah keniscayaan. Hukumnya adalah semua orang pasti mati. Dengan memahami kematian,kita akan memahami bagaimana kita hidup. Namun, dibalik pengakuan akan kemutlakan kematian,tersimpan penolakan dan penghindaran dari manusia sendiri. Dalam keseharian, kita bisa melihat bagaimana manusia tidak mau menerima kematian. Semua orang enggan meninggalkan hidup. Manusia ingin hidup abadi. Dalam Al-Quran (QS Al Baqarah (2) : 96 ) “ Setiap orang di antara mereka menginginkan seandainya dia diberi umur seribu tahun”. Keinginan itu pula yang digunakan iblis untuk menjerumuskan Adam dan pasangannya sehingga mereka berdua memakan buah pohon terlarang.

Kemudian ia teringat akan ceramah kiai yang menemuinya beberapa waktu yang lalu. Kiai itu lalu berbicara tentang kematian dengan merujuk pada buku Psikologi Kematian karagan Komaruddin Hidayat, ada dua pandangan terhadap kehidupan. Pertama, Kelompok yang pesimis. Orang yang pesimis memandang hidup ini sebagai sesuatu yang berat,penuh kesedihan dan kesulitan lalu berakhir dengan kepunahan. Selama anda masih memiliki hidup,maka lakukan apa saja yang menyenangkan hati anda sekaligus mewujudkan eksistensi anda. Jangan hiraukan apapun,karena pada akhirnya suka tidak suka,kita pasti mati. Bagi yang pesimis dihibur oleh filsuf Schopenhauer dengan berkata “ mengatuk lebih nyaman,tetapi mati lebih nyaman,dan yang lebih nyaman lagi adalah ketiadaan hidup “.

Kelompok kedua adalah kaum optimis, mereka berpandangan bahwa kematian bukanlah akhir wujud manusia. Biasanya kaum optimis dihuni oleh golongan agamis yang percaya ada hidup setelah mati. Sehingga untuk mencapai hidup yang sebenarnya, kematian adalah pintunya. Socrates mengatakan “ ketika aku meneliti rahasia kehidupan ini,kutemukan maut, dan ketika kutemnukan maut,kutemukan sesudahnya kehidupan abadi. Karena itu kita harus prihatin dengan kehidupan dan bergembira dengan kematian karena kita hidup untuk mati dan mati untuk hidup”. Artinya, kaum optimis berpikiran kematian bukanlah perampasan atas hidup. Melainkan sesuatu yang harus dicapai dan dihormati. Ceramah itu terjadi lima hari yang lalu, dan apa yang dikatakan kiai itu pula yang kini menggelayuti pikiranya.

Lelaki itu memang bukan penganut agama yang taat. Dia juga mengaku bukan ateis. Latar belakang keluarganya yang menyebabkan dia berpikir agama hanyalah sumber konflik dan mengkotak-kotakkan manusia kedalam kubu yang bahkan tidak pernah ia kehendaki. Agama baginya hanyalah sekedar siklus berkembangbiak. Dalam artian, agama hanya turunan dan warisan orang tua. Jika memang Ibu –Bapaknya kebetulan Islam, maka ia pun menjadi Islam. Ini juga bukan salah orang tuanya,karena mereka juga mengalami siklus yang sama.. Dia belum percaya dengan hidup sesudah mati. Dia melihat, hidup adalah tempat untuk all out. Tempat untuk menikmati segala-galanya sebelum petugas-petugas maut datang menjemputnya.

Pria berkulit hitam manis itu kembali berpikir dalam. Dibalik posisinya sebagai kaum pesimis, tersembunyi suara hati yang sesekali mengganggunya dan menyebutnya telah lari dari Tuhan. Di dalam hatinya yang terdalam bergulat kencang kenapa harus ada mati. Pria itu sekali lagi menolak kematian sebagai keniscayaan. Masih banyak hal-hal yang belum ia lakukan di dunia. Ia belum pernah ke Hawaii,tempat yang diimpikannya sejak kecil. Ia juga belum mapan,seperti kawan-kawanya yang lain, dan ia pun belum menemukan pendamping hidup,seperti yang dikatakan dalam buku-buku suci agama,bahwa manusia diciptakan berpasang-pasangan. Sudah hampir enam dekade ia ada di dunia dan ia menjalani dengan pencarian kenikmatan duniawi.

Api rokok yang dipegangnya sudah menyentuh sisi terakhir dari tembakau. Serasa belum puas, dibunuhnya ke dalam asbak yang hampir muntah dengan gunung puntungan rokok yang sudah mengalami kematian. Tanpa takut mati karena penyakit paru, ia melahirkan lagi sebatang rokok. “ toh rokok ini juga akan mengalami kematian” ujarnya dalam hati. Dihisapnya dalam-dalam dan ia pun teringat akan masa mudanya dulu. Bayangan masa-masa menjadi manusia hedon, pergi pagi- pulang pagi, semua nama diskotek dan tempat prostitusi kelas ekonomi dihapalnya bagai menghapal nama menteri Orde Baru. Ia mendeklarasikan dirinya sebagai pelopor kaum penikmat hidup di lingkunganya. Masa muda dianggapnya sebagai sebagai the golden years of life. Baginya, mumpung masih hidup, dunia harus dinikmati.

Azan magrib seketika membuyarkan ingatan masa mudanya. Sekelompok santri berduyun-duyun untuk menjalankan sholat. Ia baru sadar,sudah enam bulan ia tinggal di pesantren karena stress. Orang-orang bilang, ia divonis dokter mengalami kanker paru stadium empat. Usianya tinggal menghitung hari. Dan dua hari yang lalu ia baru sadar. Ia harusnya megambil posisi kaum yang optimis melihat hidup. Penyesalan yang terlambat untuk berbuat yang berguna di dunia sebagai investasi di kehidupan selanjutnya. Ia sadar ia tidak punya pundi-pundi menuju kehidupan abadi. Pria itu sekarang berada dalam ruangan mesjid. Ia pula yang memimpin sholat untuk pertama kali dalam hidupnya. Setelah selesai sholat,ia memberi pesan kepada anak-anak muda pesantren, “anak muda, kehidupan di dunia selayaknya dinikmati,tetapi bukan tujuan akhir dari kehidupan.Batuk yang bersahut-sahutan mengehentikan pembicaraan itu sejenak. Pertanda waktu semakin tak berpihak. Sambil mengusap-usap dadanya,ia melanjutkan dengan berkata, “ apapun yang dilakukan di dunia ,semua adalah investasi kejayaan di akhirat. Anak muda,jangan terlambat “.

Adi Surya
Ketua DPC GMNI Kab. Sumedang
Mahasiswa Ilmu Kesejahteraan Sosial
Fisip Unpad

Ke Jakarta Besok

Besok harus ke bandara menjemput adikku yang mau ke bandung. sebenarnya agak malas sendiri ke sana. tapi yang namanya tanggung jawab seorang abang harus menjaga keluarganya. Adikku ini memang keras kepala dan ga bisa diatur.Dia minta pulang tanggal 24 january.padahal aku ingin dia pulang tanggal 3 february. maksudku ingin mengajak dia ikut agenda jalan-jalan ke jawa. Dan kl tanggal segitu,gimana mau ngajak dia jalan2 keliling bandung,coz aku lagi bayak agenda menjelang tanggal itu. Pusing.

Let’s Move To Java

Let’s Move To Java


Perjalanan ini akan sangat menyenangkan bagi kami. Go to Java, begitu orang-orang jawa barat meyebutnya. Padahal jawa barat juga termasuk jawa. Entah kenapa orang sunda tidak pernah mau disamakan dengan orang Jawa. Mungkin sama halnya dengan orang batak karo yang tidak pernah mau disebut batak. Mereka pasti lebih senang dengan sebutan orang karo saja,tanpa embel-embel batak. Ternyata politik identitas masih sangat kental di negeriku ini. Kami masih membuat garis demarkasi anatara “kami’ dan ‘mereka”. Jangankan dalam level suku, dalam kehidupan sehari-hari saja kita selalu mengkotak-kotakkan diri. Bhineka Tunggal ika ternyata berhasil dijadikan sebatas jargon yang menyimpan bom waktu oleh penguasa.

Tetapi ini bukan soal integrasi atau nasionalisme. Ini murni tentang having fun yang pertama kali dalam hidupku. Backpacking tanpa aroma kemewahan dan kenyamanan sebagaimana layaknya liburan.Rute Perjalanan akan dimulai dari Surabaya-Malang-Solo-Semarang-Jogja. Seperti backpackers lainnya, perjalanan ditempuh dengan jalan yang tidak biasa. Sempat tersirat ide untuk numpang di truk sampai ngamen kalau kehabisan ongkos. Wah..wah..kalau gini ga cukup hanya fisik saja yang kuat,nyali juga harus dipersiapkan mateng. Perjalan ini untuk mencari turning point untuk bangkit menghadapi 2009. Sama halnya dengan main game seminggu untuk mencari titik bosan dan mengisi motivasi kembali.

Anggota yang berangkat ada sekitar 7 orang (Ucox sebagai ketua jemaah, Junes sebagai tim lawak,andes,dimpos,nanda,galih dan rencana aku mau ajak adikku Irvan yang akan berlabuh di jawa sekitar tanggal 20 january. Di surabaya rencana awal adalah nginep di sekre GMNI Surabaya. Hari pertama ga apalah diisi dengan diskusi dan keliling kota. Besoknya langsung bergerak ke gunung bromo di malang. Mungkin ini rute yang paling melelahkan dan beresiko. Kami belum ada satu pun yang pernah naik gunung itu dan jika memang berhasil akan menjadi catatn tersendiri di hati. Mudah-mudahan kami bisa lewati.

Sepulangnya rencana bermalam di kota malang untuk menghirup udara daerah Batu. Katanya disini tempat yang adem dan mirip-mirip puncak gitu. Aku udah bayangin kalau disana minum teh hangat dan melantunkan satu dua nyanyian dengan diiringi gitar. Mantap banget. Seperti rencana awal,tujuan kami yang sebebnarnya dalah ke blitar untuk ziarah ke makam Panglima Besar Revolusi,Soekarno. Konon katanya, permintaan kita akan terkabul jika disana kita meeminta dengan tulus. Bener gitu ?. Sebagai anak-anak-nya bung karno,kami merasa belum lengkap menjadi warga GMNI kalau belum pernah ke tempat istirahat beliau. Sehabis itu ke jogja untuk menimati tradisionalisme jogja dengan jalan malioboro dan keratonnya. Tak lupa kita akan move ke borobudur juga. Pasti asyik banget dah.

Jawa adalah sesuatu yang sangat spesial. Dari jaman kolonial Jawa atau Java banyak dijadikan pusat-pusat aktivitas. Makanya pusat pertumbuhan dan perputaran uang juga ada disini. Java adalah magnet yang tiada pernah putus-putusnya memikat warga lokal maupun dunia. Tanpa jawa,Indonesia tidak akan utuh. Bahkan saking terkenalnya kita berkali-kali dijajah bangsa asing untuk mengeruk habis kekayaan dan keindahan pulau jawa. Untuk menjaga keutuhan bangsa, kita harus kenal dulu. Seperti peribahasa bilang “tak kenal maka tak sayang’. Bagaimana kita mau ber-nasionalisme atau ber-solidaritas,kalau penduduk,budaya, sifat,daerah dan ciri-ciri orang indonesia selain kita,belum pernah kita tahu. Hidup Indonesia-hidup nasionalisme.Merdeka.

Politik Penurunan Harga BBM

Politik Penurunan Harga BBM

Harga BBM yang sudah turun sebanyak dua kali membawa angin segar yang menyesakkan di tengah gersangnya kondisi perekonomian tanah air. Angin segar dalam artian,inilah periode pertama penurunan harga bahan bakar dalam sejarah berdirinya negeri ini. Selama 63 tahun republik ini berdiri telah terjadi kenaikan harga 37 kali. Zaman Bung Karno jadi presiden, harga BBM naik 12 kali. Zaman Soeharto, BBM naik 18 kali. Zaman Habibie dan Gus Dur, BBM naik masing-masing satu kali, karena memang masa jabatan mereka tidak sampai dua tahun. Ketika tiga setengah tahun Presiden Megawati berkuasa, BBM naik dua kali ditambah sejumlah kenaikan otomatis. Yang terakhir, selama empat tahun lebih pemerintahan Presiden SBY, terjadi tiga kali kenaikan harga BBM dan satu kali penurunan harga BBM.Namun,yang menyesakkan justru selisih harga yang turun tidak sebanding dengan dinamika harga minyak dunia. Hal ini kemudian diperparah dengan masih engganya kalangan industri dan transportasi untuk mengikuti irama penurunan harga bahan bakar ini.

Persoalan pertama menyangkut tentang penurunan harga yang dilakukan secara bertahap. Pertimbangan pemerintah untuk berjaga-jaga jika harga minyak naik lagi mungkin bisa kita maklumi. Pemerintahan SBY-JK tercacat telah menurunkan harga BBM sebanyak dua kali yakni pada awal Desember dan sekarang pertengahan Januari sebanyak Rp.500 per tahapan. Namun,yang menjadi persoalan berikutnya, nominal harga penurunan tersebut dinilai terlalu kecil jika kita menyesuaikan dengan harga minyak internasional yang sekarang merosot pada kisaran 60-70 US$ per barelnya. Dengan asumsi yang ditetapkan dalam APBN sebesar US$ 95 per barel. Pertanyaan sederhananya adalah jika memang bisa dilakukan sekaligus,kenapa harus dicicil ?

Soal berikutnya adalah irama penurunan harga BBM ternyata tidak serta merta ikut menurunkan biaya-biaya lain seperti transportasi dan harga-harga barang kebutuhan lainnya secara massif. Sektor transportasi sebagai denyut nadi distribusi manusia berpandangan bahwa biaya bahan bakar hanya sebagian kecil dari seluruh biaya yang harus ditanggung seperti pembelian suku cadang,biaya perawatan dan perbaikan ,pajak dan retribusi. Padahal pada saat BBM naik, kalangan transportasi aktif menyuarakan kenaikan ongkos transportasi yang manusiawi. Hal inilah yang membuat banyak pihak beranggapan, penurunan ini setengah hati dan sebenarnya bukan kado awal tahun buat rakyat karena tidak menyentuh sama sekali kebutuhan rakyat.

Dilihat dari kacamata politik, kebijakan penurunan harga BBM ini memang tidak bisa dilepaskan dalam konteks politik pula. Sinyal yang paling kuat yang melandasinya adalah adanya momentum pemilu 2009,dimana SBY sudah membulatkan tekad untuk maju lagi sebagai presiden. Sebagai calon incumbent, SBY harus pintar dalam memainkan ritme untuk menjaga popularitasnya tetap stabil atau bahkan meningkat. Dalam berbagai survei yang dilakukan beberapa waktu kebelakang menunjukkan tren positif buat incumbent dimana mayoritas lembaga survei mengumumkan bahwa SBY masih menjadi pilihan masyarakat. Popularitas SBY sempat mengalami degradasi akibat kenaikan harga BBM yang membuatnya harus memikat hati rakyat jika ingin menang.

Secara psikologi politik,kesan yang ditanamkan dalam benak masyarakat secara berulang-ulang akan memunculkan memori kolektif. Dalam ilmu psikologi dikenal short term memory dan long time memory. Ingatan manusia memiliki keterbatasan dan untuk membuat ingatan kita bertahan lama harus dilakukan dengan metode repetisi atau pengulangan. SBY dan tim politiknya sangat jeli dalam melihat hal ini. Setidaknya ini tercermin dari proses penyebaran isu dengan menggunakan waktu. Pada saat kenaikan BBM beberapa bulan yang lalu,pemerintah mengumumkan dari jauh-jauh hari perihal rencana kenaikan. Tujuannya adalah untuk melihat sejauh mana reaksi publik dan di sela-sela waktu menjelang tanggal kenaikan, publik disodorkan oleh penciptaan musuh yaitu pasar internasional. Dengan demikian menjelang tanggal kenaikan publik justru mahfum bahwa kenaikan ini bukan niat pemerintah melainkan karena efek pasar.

Sekarang hal ini juga dilakukan dengan pemberian informasi tentang rencana kenaikan yang mengambil jangka waktu cukup lama. Isu penurunan dibiarkan berkembang di masyarakat bagai efek bola salju. Setelah seluruh elemen masyarakat menerima informasi ini dan kemudian menyerapnya. SBY kemudian muncul dengan iklan,pidato dan pemberitahuan ke publik bahwa pemerintah telah berhasil dan mementingkan kepentingan rakyat. Padahal pada saat kenaikan harga BBM, pasar internasional yang dijadikan kambig hitam. Sedangkan pada saat harga internasional turun, pemerintah mengklaim bahwa ini adalah sebuah prestasi besar kabinet. Pemilu kali ini bagi SBY adalah persoalan siapa yang paling populer di mata rakyat. AC Nielsen mencatat biaya iklan SBY bersama Partai Demokrat pada tahun 2008 berkisar Rp. 8,29 – Rp. 15,5 milliar. Dengan dana sebesar itu, jelas bahwa SBY akan berjuang habis-habisan untuk mendongkrak citra.

Sebagai sebuah strategi politik hal tersebut sah-sah saja. Namun, ketika strategi tersebut berdampak pada masyarakat luas, maka kita harus mengkajinya dengan seksama. Dalam demokrasi langsung,dimana rakyat langsung turun tangan menjatuhkan pilihan, popularitas memang menjadi barang yang sangat mahal harganya.Namun politik citra sebaiknya diikuti dengan substansi yang dirasakan publik. Kita tentunya tidak mau punya pemimpin kelas salon yang kerjanya hanya bersolek dan sibuk memoles penampilannya. Indonesia butuh pemimpin yang membangun citra dengan berbuat kepada kepentingan rakyat. Bukannya membangun citra dengan memanfaatkan rakyat.

Namun, dibalik asumsi-asumsi yang berkembang tentang makna politis penurunan harga BBM. Setiap penurunan merupakan sebuah oase di padang tandus yang harus selalu kita syukuri. Bagaimanapun kerja pemerintah tetap memiliki peran dalam upaya menurunkan harga BBM. Sekarang tinggal kita sebagai rakyat yang sebaiknya menganggap pemerintah sebagai patner yang selalu butuh saran dan kritik konstruktif. Perubahan di negeri ini tidak hanya lahir dari tangan yang berkuasa, tetapi didorong dan dikawal oleh bangunan ide-ide melalui partisipasi rakyat yang harus semakin aktif dalam menyerukan suaranya.


PERIH

PERIH


By : Andra and the backbone


Saat air mata Membasahi bumi

Yang takkan bisa Menghapus sang pedih

Aku pun tak bisa, Saat kau meminta

Tuk bangkitkan lagi Yang telah lama mati


Biarlah ..biarlah semua

Berlalu seperti waktu

Dan kini hadapi semua

Walaupun itu perih


Ini bukan akhir dunia,dan bukan segalanya

Janganlah berhenti

Sampai akhir nanti


Tragedi Perang dan Wajah Kemanusiaan

Tragedi Perang dan Wajah Kemanusiaan


Sejarah dunia adalah sejarah hegemoni kekerasan terhadap nilai-nilai kemanusiaan. Bermula dari benua eropa dengan jargon nasionalisme chauvistik dan doktrin kapitalisme global kemudian membuka babak era kolonialisme di dunia. Hasrat untuk menguasai kehidupan manusia lainnya mengambil wujud peperangan dan pembantaian manusia sebagai pintu pembuka stempel legitimasi bagi yang menang. Hari ini wajah kekerasan masih ada bersama kita. Kurang lebih 800 rakyat Palestina meninggal dan 3.490 orang terluka. Manusia-manusia yang tidak berdosa harus meregang nyawa dan dijadikan korban sejarah konflik yang multikompleks. Jalan dialog dan diplomasi yang gencar disuarakan berbagai negara dibuat tak berdaya. Masih adakah rasa kemanusiaan di muka bumi sebagai sesama manusia ?

Berbicara kemanusiaan dalam ruang perang mau tidak mau berkaitan dengan Hak Azasi Manusia (HAM). Hak azasi adalah hak yang dimiliki manusia dan dibawanya bersamaan dengan kelahirannya atau kehadirannya di dalam kehidupan bermasyarakat. Sejarah perumusan hak azasi ini dilatarbelakangi oleh dua perang dunia yang melibatkan hampir seluruh negara. Usaha ini pada tahun 1948 berhasil dengan diterimanya Universal Declaration of Human Rights (pernyataan sedunia tentang Hak Azasi Manusia ) yang dalam salah satu pasalnya berbunyi “semua umat manusia dilahirkan merdeka dan sederajat dalam martabat dan hak-hak asasi. Mereka dianugerahi akal budi dan hati nurani serta semestinya bergaul satu sama lain dalam semangat persaudaraan“. Perang telah merenggut apa yang disebut rights to life (hak untuk hidup ) dan rights to liberty and security of person ( hak atas kebebasan dan keamanan diri).

Sebagai manusia, rakyat Palestina tidak berhak dicabut nyawanya oleh orang lain atas nama kekerasan. Militer Israel dengan membabi buta telah melakukan kesalahan fatal dengan membunuh warga sipil. Nilai-nilai hak asasi telah dicabik-cabik dengan serangan bom dan peluru. Apalagi ditengarai alasan Israel menyerang Palestina bermotif kepentingan politik dalam negeri Israel. Perdana Menteri Ehud Olmert dan partainya saat ini telah mengalami krisis legitimasi dan untuk mendongkrak suara partai, perang pun diambil sebagai jalan untuk memuluskan kepentingan politiknya. Jika memang ini yang terjadi, sungguh serangan Israel ke Palestina yang menewaskan ratusan orang tidak dapat dimaafkan. Ini adalah sebuah bentuk kejahatan terhadap kemanusiaan yang harus ditindak tegas.

Prinsip utama dalam penggunaan senjata sebagaimana diatur dalam hukum humaniter adalah bahwa selama perang, nilai-nilai kemanusiaan harus dihormati. Tujuannya bukan untuk menolak hak negara untuk melakukan perang atau menggunakan kekuatan senjata untuk mempertahankan diri (self-defence), melainkan untuk membatasi penggunaan senjata oleh suatu negara dalam menggunakan hak berperang tersebut untuk mencegah penderitaan dan kerusakan yang berlebihan dan yang tidak sesuai dengan tujuan militer. Pertama, prinsip proporsionalitas ditujukan agar perang atau penggunaan senjata tidak menimbulkan korban, kerusakan dan penderitaan yang berlebihan yang tidak berkaitan dengan tujuan-tujuan militer (the unnecessary suffering principles). Kedua, prinsip diskriminasi mengandung 3 komponen: a). larangan tentang serangan terhadap penduduk sipil dan obyek-obyek sipil yang lain; b). bahkan jika target serangan adalah sasaran militer, serangan terhadap obyek tersebut tetap dilarang jika “May be expected to cause incidental loss of civilian life, injury to civilians, damage to civilian objects or a combination thereof, which would be excessive in relation to the concrete and direct military advantage anticipated”; c). jika terdapat pilihan dalam melakukan serangan, minimalisasi korban dan kerusakan atas obyek-obyek sipil harus menjadi prioritas.

Untuk menciptakan dunia yang lebih aman dengan menjunjung nilai-nilai kemanusiaan merupakan cita-cita dunia yang terus diperjuangkan sampai hari ini. Perang sebagai bentuk diplomasi yang gagal sebenarnya bukan justifikasi untuk melakukan kekerasan. PBB sebagai lembaga internasional perlu berbenah dan membangun wibawa. Namun,lembaga sekuat apapun tidak akan diperlukan jika tiap orang di muka bumi ini sadar akan nilai-nilai persaudaraan dan kemanusiaan yang universal.


UCOX


Ketua

Menggugat Independensi Lembaga Survei

Menggugat Independensi Lembaga Survei

Kita tentunya masih mengingat hasil penghitungan cepat pada Pilkada Sumatera Selatan yang berbuah pengepungan kantor KPUD dan bentrokan antar pendukung kandidat. Pasalnya, masyarakat dibuat bingung terhadap hasil hitung cepat yang dirilis oleh beberapa lembaga survei yang saling bertentangan dalam memberi hasil. Dalam Pilkada Jatim dan Jabar hal ini juga terjadi dimana lembaga survei mempublikasikan hasil perhitungan yang berbeda dengan rekapitulasi KPUD. Pro dan kontra yang membelit kredibilitas lembaga survei belakangan ini menjadi buah bibir karena dituding tidak objektif dan merupakan bentuk komersialisasi penelitian atau lahan bisnis baru yang berjalan berkelindan dengan kepentingan politik tertentu.

Keberadaan lembaga survei dalam era demokrasi langsung memang menyiratkan tingkat partipasi publik yang jauh meningkat dibandingkan pada era orde baru. Selama 32 tahun Soeharto berkuasa, lembaga survei seakan tidak mendapat tempat di tengah politik sentralistik yang cenderung berpusat pada kebijakan yang berfatsun negara kuat – rakyat lemah. Konsekuensi logisnya menyebabkan tingkat partisipasi publik sebagai pemegang kedaulatan dalam bentuk mengawasi dan berperan serta dalam proses politik menjadi kian mengambang.

Namun, dalam iklim kebebasan dalam bingkai demokrasi, munculnya lembaga-lembaga survei bak cendawan di musim hujan juga harus kita lihat dari kacamata peningkatan kesadaran publik dalam berperan serta mendukung iklim demokrasi. Besarnya ruang untuk mendirikan partai setali tiga uang merangsang kebutuhan–kebutuhan partai dalam tuntutan demokrasi langsung. Semakin luasnya pemilih yang harus dijangkau dan keterbatasan sumber daya partai untuk melakukan riset-riset lapangan seperti pemetaan pemilih, membuat lembaga survei menjadi mesin yang dapat diandalkan sebagai partner.

Setidaknya hal ini juga dialami oleh negara-negara demokrasi lainnya seperti Amerika Serikat. Mark J. Penn adalah presiden dari lembaga riset terkemuka yaitu Polling Firm Penn, Schoen and Berland Associates. Ia adalah konsultan politik sekaligus seorang pollster yang belum lama menjadi konsultan politik Hillary Clinton pada pilpres Amerika Serikat 2008 lalu. Di dalam negeri ada beberapa lembaga survei yang berlomba-lomba untuk menyajikan keakuratan informasi kepada publik semisal Lingkaran Survei Indonesia (LSI), Lembaga Survei Indonesia, Lembaga Survey Nasional (LSN), Puskaptis dan beberapa lembaga survei lainnya. Dalam artian, lembaga survei bukanlah sesuatu yang haram dan anomali dalam iklim demokrasi.

Dampak keberadaan lembaga survei bagi perjalanan demokrasi di Indonesia sejatinya akan menambah angin segar kehidupan berdemokrasi. Lembaga survei sebagai representasi kekuatan masyarakat bisa menjadi info pembanding dan menjadi rujukan informasi bagi publik untuk melihat sesuatu hal berdasarkan hasil penelitian ilmiah dan tidak berpijak pada asumsi. Namun,ditengah perjalanan, objektivikasi, valisitas, kredibilitas dan reliabilitas lembaga survei diragukan karena terkontaminasi oleh perselingkuhan peneliti dan politisi. Hal ini tentunya harus kita lihat secara objektif dan mengeyampingkan pretensi kepada semua lembaga survei.

Titik pangkal persoalannya adalah ketika hasil sebuah jajak pendapat atau polling dituding ditunggangi oleh kepentingan politik. Hasil survei kemudian kehilangan mantra objektivitasnya karena secara sengaja merekayasa hasil survei untuk pesanan elit politik. Hal ini juga ditengarai akibat beberapa lembaga survei juga sekaligus merangkap sebagai konsultan partai. Penelitian kemudian terjebak dalam pekatnya dan gelapnya lorong-lorong dunia politik yang penuh jebakan. Dunia politik kemudian mengenal bisnis baru berupa pendirian lembaga survei yang menjual hasil-hasil survei ataupun mendukung infrastruktur seorang kandidat yang sedang bertarung. Tak ayal ini membuat independensi ilmiah digugat oleh etika penelitian karena telah menceburkan diri dalam sisi gelap komersialisasi dan bisnis jasa kepentingan tertentu.Sehingga beberapa hasil survei tentang popularitas calon/partai ,tingkat akseptabilitas, peluang menang dan hasil perhitungan cepat dari beberapa lembaga survei seringkali berbeda jauh dan berubah-ubah sehingga membingungkan publik.

Sebagai sebuah lembaga yang mengambil posisi penyaji informasi akurat dan cepat. Masyarakat mau tidak mau akan terkena dampak. Hal yang paling ditakutkan adalah terjadinya konflik vertikal maupun horizontal yang dalam jangka panjang berbuah kekacauan(chaos). Lembaga yang memberikan hasil survei berdasarkan pesanan juga memberikan kerugian kepada kandidat lain. Selain itu, institusi formal seperti KPU juga seringkali menjadi resah karena sebagai penyelenggara pemilu yang sah,seringkali menjadi sasaran kemarahan massa karena dianggap mengeluarkan hasil yang berbeda dengan lembaga survei. Setidaknya, ada tiga faktor yang harus diperhatikan terhadap sebuah lembaga survei sebelum melihat hasil jajak pendapat yang dilakukannya. Pertama, aspek legalitas lembaga survei tersebut yang keberadaannya diakui atau disahkan oleh pihak yang berwenang. Kedua, lembaga survei itu harus memiliki kredibilitas dan diakui kenetralannya dalam materi atau tema yang akan dijajaki. Ketiga, adanya kompetensi lembaga survei dengan memahami metode jajak pendapat dan menghimpun suara.

Wacana ini kemudian bergulir dan menghasilkan opini publik bahwa perlunya pengaturan terhadap lembaga-lembaga survei. Gagasan yang paling hangat datang dari KPU yang berencana membuat akreditasi terhadap lembaga-lembaga survei. KPU berpegangan pada pasal 246 UU Nomor 10 Tahun 2008 tentang pemilu legislatif, KPU berwenang mengatur lebih lanjut tentang partisipasi masyarakat dalam bentuk sosialisasi pemilu, pendidikan politik bagi pemilih, survei atau jajak pendapat, dan penghitungan cepat hasil pemilu.
Pengaturan tentang jajak pendapat dan penghitungan cepat telah tertuang dalam UU 10/2008 pasal 244-246. Sesuai dengan peraturan perundang-undangan tersebut, KPU sedang menyusun peraturan tentang partisipasi masyarakat yang memuat pengaturan bagi lembaga survei dan lembaga penghitungan cepat
.Teknisnya ditindaklanjuti dengan pendaftaran bagi lembaga survei dan penghitungan cepat dilakukan dengan menyerahkan surat pendaftaran serta melengkapi syarat administrasi di antaranya berupa profil lembaga, identitas penanggung jawab lembaga, identitas dan jumlah anggota lembaga, rencana dan jadwal kegiatan survei atau penghitungan cepat, serta daerah yang akan dijadikan tempat kegiatan.

Disamping itu, lembaga survei harus berani jujur dan terbuka untuk mencantumkan siapa sumber dana dan metode penelitian yang digunakan (sampel dan jumlah responden dll). Selama ini publikasi hasil survei hanya menampilkan hasil dan margin error tanpa jelas siapa responden dan sumber dananya. Jika memang hal ini tidak efektif, maka masyarakat harus dicerdaskan secara politik untuk membaca hasil-hasil survei. Pendidikan politik ini penting untuk kemudian menjadi penentu bagi seleksi alam terhadap eksistensi lembaga survei. Semakin berani, transparan,akurat dan akuntabel sebuah lembaga survei, maka kepercayaan publik tidak akan lepas. Masyarakat harus bisa membedakan mana lembaga yang sebenarnya mengeluarkan hasil resmi pemilu dan harus jeli dan kritis membaca sebuah hasil survei. Tanpa peran serta masyarakat, lembaga survei yang rela “melacurkan diri” akan semakin agresif untuk memobilisasi dan merekayasa realitas politik untuk kepentingan pragmatis.

Adi Surya

Ketua DPC GMNI Kab. Sumedang 2007-2009

Bidang Hukum dan HAM DPD KNPI Sumedang

Mahasiswa KS Fisip Unpad.