REFORMASI INTERNAL DAN EKSTERNAL GMNI

REFORMASI INTERNAL DAN EKSTERNAL GMNI

MERDEKA !!! MENANG !!! JAYA !!!


Berubah atau Mati !!!

Bernard Shaw pernah berujar “Progress is impossible without change,and those who cannot change their minds cannot change anything”. Di zaman yang semaikin kompleks ini, change (perubahan) adalah harga mati untuk mendapat tiket menuju keberhasilan. Pada tahun 1992,Bill Clinton terpilih sebagai Presiden Amerika Serikat dengan pesan komunikasi politiknya yang berbunyi Change. Kekuatan pesan ini pula yang kemudian mengantarkan Obama menuju kursi gedung Putih. Fenomena ini juga melanda bidang lain seperti teknologi,birokrasi,lembaga pendidikan dan bidang-bidang lain yang mau tidak mau harus menyesuaikan diri dengan semangat zaman.

GMNI dalam perjalanan sejarahnya selalu menghadirkan narasi sejarah konflik dan selalu tertinggal dalam era persaingan ini. Selama 54 tahun,pasang surut perkembangan organisasi selalu lebih mendominasi daripada prestasi. Konflik,merosotnya kualitas dan kuantitas kader, penjabaran dan pembumian ideologi yang mandul,buruknya manajemen organisasi membuat kita tidak pernah mengangkat topi tanda kebanggaan. Artinya, saya hendak mengajak kita untuk sama-sama berpijak dan sepaham bahwa kita mau tidak mau,suka tidak suka harus berubah kalau tidak mau diubah..

Visi :

Misi :

1. Mendorong reformasi kebijakan publik yang dapt meningkatkan derajat kehidupan kelompok marjinal

2. Memperkuat inisiatif lokal agar dapt memperjuangkan upaya peninngkatan derajat kehidupan kelompok marjinal

3. Mendorong terjadinya sinergi antara proses-proses kebijakan publik dengan penguatan inisiatif lokal.


Analisis Internal dan Eksternal Organisasi


Strenght

Weakness

Opportunity

Threatment

Dasar ideologi menjadi ideologi bangsa


Konflik internal organisasi


Dapat Membangun gerakan yang jelas

Perpecahan dan lambannya organisasi karena kehabisan energi

Struktur organisasi terdapat hampir diseluruh propinsi di Indonesia (kecuali NAD

Rendahnya tradisi intelektual


Kerja-kerja yang terstruktur dan sistematis

Kader bergerak tanpa adanya sebuah pijakan ilmiah yang bersifat akademis.

Kader sebagai Jaringan kerja tersebar di berbagai bidang



Rendahnya tradisi organisatoris


Gerakan yang massif

Kader bersifat pragmatis dan elitis.

Organisasi yang

Tidak berwibawa.

Alumni yang tersebar dalam berbagai bidang

Minimnya Kordinasi dan Komunikasi Antar sesama Struktur (presidium,DPC dan Komisariat )

Supporting System Untuk mendukung kerja-kerja organisasi

Perpecahan dan konflik.

Reformasi dan Demokratisasi

Gerakan yang berorientasi pada aksi reaktif

Ruang gerak yang luas untuk menyebarkan ideologi dan menyikapi persoalan kebangsaan

GMNI tidak akan dianggap sebagai organisasi yang sulutif

Perubahan Teknologi Di bidang komunikasi dan informasi

Gagal membangun komunikasi dan hubungan strategis dengan masyarakat

Menjadikan perubahan teknologi sebagai salah satu alat perjuangan GMNI yang berskala luas.

Organisasi tidak akan


Buruknya Kemandirian Dana


Kader-kader pragmatis


Distribusi kader ke posisi-posisi strategis lembaga sosial politik yang minim


Organisasi tidak akan diminati lagi dan perlahan akan menuju kehancuran.


Intervensi Kepentingan elit partai ke tubuh organisasi


Arah perjuangan disetir oleh kepentingan individual atau kelompok.


Kebijakan tentang Dilarangnya organisasi GMNI untuk masuk kampus


GMNI tercerabut dari akarnya sedniri yaitu kampus


Citra Organisasi yang negatif


Pandangan negaatif terhadap organisasi sehingga tidak akan bisa tumbuh.


Gagal mendefenisikan dan menyesuaikan ideologi dengan semangat zaman.


Ideologi Marhaenisme akan kehilangan dan bisa mati karena tidak ada penyesuaian.


Jaringan strategis dan taktis yang minim.


Terkucil dan Program-program yang sulit berjalan.














Kristalisasi Masalah

  1. Lemahnya dan tidak terstrukturnya pola kaderisasi

  2. Manajemen Organiasasi

  3. Komunikasi dan Jaringan

  4. Format Gerakan

  5. Kemandirian Dana

  6. Tidak ada kedaulatan Politik Organisasi

  7. Konflik Internal

  8. Penataan ,Profesionalisme dan Citra Organisasi


Melangkah Ke Depan

Ada 3 konsepsi yang dituntut perubahan :

  1. Melihat

  2. Bergerak

  3. Menyelesaikan







Pemimpin diibaratkan sebagai mata yang bukan sekedar bergerak secara acak,melainkan seseorang yang melihat sesuatu secara visioner,sesuatu yang tidak kelihatan atau belum dilihat banyak orang. Maka persoalan pertama kita adalah membukakan mata orang untuk “melihat”. Untuk itu perlu sebuah rumusan dan gagasan yang dianggap memberi angin segar optimisme untuk kebangkitan organisasi.



DI BIDANG ORGANISASI

Isu : 1. Penataan ,Profesionalisme dan Citra Organisasi


Dalam hal pengembangan organisasi komisi organisasi membagi menjadi dua hal penting yaitu dalam bidang internal dan eksternal ,penjelasannya yaitu

Internal :

1. Struktur Organisasi

Mengevaluasi kinerja presidium yang dapat dikatakan lambat dalam kerja-kerja organisasi diakibatkan karena tidak adanya kesatuan dan lemahnya penghormatan terhadap struktur membuat GMNI butuh struktur organisasi yang bisa mengambil keputusan yang cepat dan tepat.

2. Penataan dan profesionalitas berorganisasi ( administrasi dan financial )

  1. Pimpinan nasional hendaknya memiliki kemandirian dalam bidang administrasi untuk meningkatkan kinerja organisasi.

  2. Pimpinan nasional hendaknya memperbaiki dan mengembangkan alat-alat administrasi yang telah ada dan yang dibutuhkan.

  3. Diperlukanya suatu strategi atau bentuk program realistis dari pimpinan nasional dalam mengusahakan kemandirian dana .

  4. Disamping hal tersebut, pimpinan nasional ke depan, dipandang perlu untuk melakukan penyeragaman teknis surat-menyurat, yang meliputi, kop surat dan stempel organisasi, nomor surat dll. Selain penyeragaman teknis surat menyurat,juga harus melakukan penyeragaman perangkat-perangkat organisasi, berupa, bendera, seragam organisasi.


3. Sekretariat dan Sarana Prasarana

Merekomendasikan pimpinan nasional untuk mengadakan sekretariat yang bisa mendukung dan mewadahi GMNI seluruh Indonesia.

4. Pemahamam beorganisasi dan kaderisasi

Pimpinan nasional harus menemukan cara untuk menambahkan rasa cinta terhadap GMNI (meningkatkan rasa sense of belonging )

5. Program kerja yang realistis

Pimpinan nasional harus memiliki program yang jelas ke depan yang dijelaskan di komisi program dan kaderisasi.

6. Citra Organisasi

Pimpinan nasional hendaknya memiliki divisi / bagian untuk mempublikasikan dan mendesain citra GMNI agar lepas dari stigmaisasi dan familiar di tengah masyarakat sebagai organisasi yang memperjuangkan kaum marhaen.

Eksternal :

1. Hubungan dengan sesama organisasi

Hubungan antar organisasi dan membangun jaringan hendaknya digunakan untuk pembangunan ke dalam organisasi

2. Hubungan dengan masyarakat

Untuk pengembangan organisasi pimpinan nasional bersama DPC se-Indonesia harus berhubungan dan senantiasa ada dengan masyarakat.

3 Pengarahan program kerja

Program-program kerja yang sesuai untuk merespon kondisi zaman.



PROGRAM-PROGRAM UNTUK KEORGANISASIAN

Internal

  1. Konsolidasi organisasi yang terprogram dan sistematis melalui forum dan kegiatan baik itu skala nasioanl maupun regional.

  2. Penertiban administrasi meliputi pendataan dan pembentukan cabang-cabang baru.

  3. Mengupayakan sekretariat dengan fasilitas keorganisasian seperti Komputer, Internet, Printer,Telepon/Fax dan sebagainya yang mendukung program kerja.

  4. Membentuk divisi / komite/ struktur yang membawahi bidang pemasaran GMNI.

  5. Membuat Panduan Organisasi (PO) agar ada sinergisitas anatar seluruh elemen GMNI. Menyangkut.

  6. Menjalin kerjasama dengan lembaga negara atau swasta yang simbiosis mutualisme untuk memperoleh kemandirian dana selama tidak bertentangan dengan aturan main organisasi.

  7. Menjalin kerja sama dengan Korda untuk membuat acara kaderisasi dalam tiap regional.




DI BIDANG KADERISASI

Isu : Format kaderisasi, Lemahnya budaya Intelektuasl dan tumpulnya pemahaman ideologi


Kemerosotan organisasi yang terjadi selama ini bermuara pada proses kaderisasi yang lemah dan tidak berkembang. Kaderisasi menurut AD/ART GMNI terbagi atas Kaderisasi Tingkat Dasar (KTD), Tingkat Menengah (KTM) dan Tingkat Pelopor(KTP). Dari tujuan umum kaderisasi dapat dimaknai sebagai :

  1. Meningkatkan pemahaman dan keyakinan ideologis.

  2. Memiliki kemampuan dan keterampilan politik.

  3. Memiliki kesadaran dan militansi berorganisasi

  4. Memiliki kepekaan dan keberpihakan sosial.


Materi dan Metode Kaderisasi


Dalam dunia pelatihan, ada yang dikenal dengan konsep andragogi yang berarti merancang sesuatu secara bersama anatara pembicara dengan pesereta, dengan mengedeapnkan dialog dan saling argumentasi anatar peserta pendidikan.

Dalam pelatihan/kursus yang dihadiri olrang dewasa,dibutuhkan suatu metodologi yang sangat berbeda dengan sekolah konvesional. Namun,demikian,banyak sekali metode pelatihan konvensional ditiru dan diturunkan secara mentah-mentah dan diterapkan dalam kegiatan pelatihan andragogi. Hal ini bertentangan dengan konsepsi diri,pengalaman,orientasi belajar dan kesiapan belajar peserta.Kondisi yang kondusif dan dinamis akan turut mendukung pemberian materi yang dialkukan secara dialogis partisipatoris.

Metode Penyampaian Materi

  1. Ceramah

Suatu metode penyampaian materi tanpa banyak partisipasi dari peserta dalam bentuk pertanyaan,kritik atau diskusi.

  1. Brainstorming

Pemateri menyampaikan suatu masalah kepada peserta dan mereka diminta untuk mengajukan pendapat dalam suasana cair dan tidak ada pendapat salah atau benar.

  1. Dialog

Dialog merupakan proses dialektis. Pihak-pihak yang berdialog mempunyai pengertian tertentu terhadap sesuatu yang didialogkan.

  1. Diskusi

Diskusi adalah pertukaran pendapat,perasaan,pengalaman antara dua orang atau lebih tentang topik tertentu yang menarik perhatian.

  1. Studi Kasus

Merupakan landasan diskusi yang bersifat analitis dan landasan bagi pengembangan alternatif-alternatif pememcahan persoalan.

  1. Role Play (permaiann peran/simulasi)

  2. Praksis

Metode daur aksi dan refleksi yang dilaksanakan secara sadar dan berkesinambungan. Setiap aksi perlu diikuti dengan refleksi,analisis dan dinilai agar dapat diketahui kelemahan dan menarik pelajaran.

  1. Outbound

Kegiatan outdoor (luar ruangan) yang dilakukan dengan penekanan utama pada pengembangan tim dengan menyajikan masalah yang memerlukan pemecahan melalui kerjasama tim.




Untuk mendukung hal tersebut kiranya pimpinan nasional harus melakukan hal-hal sebagai berikut :

  1. Format kaderisasi dalam sebuah buku / silabus yang berisi Pemahaman Ideologi, Ke-GMNI-an, materi –materi yang mendukung dan relevan dengan tujuan organisasi dan perkembangan zaman.

  2. Distribusi kader ke dalam posisi-posisi strategis.

  3. Adanya bentuk punisment dan reward bagi cabang-cabang yang dianggap berprestasi membangun GMNI.

  4. Membuat diskusi,forum,lokakarya,seminar atau acara-acara yang dapat menambah dan memperkaya pemahaman kader akan perjuangan GMNI.

  5. Melaksanakan Kaderisasi Tingkat Pelopor.

  6. Membuat lomba–lomba yang berkaitan dengan kaderisasi seperti lomba penulisan.

  7. Bekerjasama dengan lembaga-lembaga/organisasi lain/instansi untuk kepentingan transformasi pengetahuan dan keterampilan.



DI BIDANG POLITIK

Isu : Intervensi Elit,Konflik Kepentingan,Demokrasi Prosedural, Liberalisme,Pemilu 2009 dan Isu-isu kerakyatan.

  1. Sikap politik Pimpinan Nasional

  2. Pemetaan politik

  3. Peluang aliansi strategis dan taktis

  4. Ideologisasi dan Massifikasi Gerakan

  5. Advokasi Kebijakan dan Pengorganisiran Rakyat


Pertama, melihat dan mengamati perkembangan yang ada dan terjadi di dalam masyarakat, terutama dalam menghadapi euforia demokrasi yang menuntut adanya keterbukaan di seluruh aspek kehidupan masyarakat, maka GMNI mendatang :

  1. Turut berperan serta dalam proses pembangunan politik nasional-regional dan lokal, dengan menitikberatkan pada pengawasan jalannya proses demokrasi .

  2. Ikut ambil bagian dalam proses pendidikan politik yang dapat mendukung pembangunan politik di tingkat masyarakat secara umum.


Kedua, mengamati perkembangan yang terjadi, GmnI melihat adanya suatu faham yang memberikan pengaruh yang cukup luas, yaitu fundamentalisme agama dan liberalisme. GmnI memandang perlu untuk menyikapi berkembangnya fundamentalisme agama dan liberalisme ini karena dalam penerapannya dalam politik, berpotensi memunculkan adanya suatu sistem negara yang teokrasi yang hanya didasarkan pada keyakinan satu agama saja, yang menimbulkan indikasi ketidakadilan dan tidak adanya kebersamaan yang justeru bertolak belakang bahkan bertentangan dengan asas dan prinsip GmnI.

Selain itu, adapun dalam menerapkan suatu faham, GmnI menyadari bahwa diperlukan instrumen-instrumen yang dapat dijadikan sebagai alat penyokong utamanya. Dalam hal ini menuntut DPC GmnI mendatang untuk mengambil sikap terhadap organisasi dan kelompok-kelompok yang bertolak belakang dengan GmnI baik di tingkat nasional maupun lokal.

Ketiga, dalam menentukan peluang aliansi strategis dan taktis, maka GmnI perlu mendasarkannya pada pemetaan politik yang ada, dimana dianggap suatu yang perlu untuk menjadi aliansi dengan organisasi-organisasi yang sejalan dengan GmnI dan di satu sisi juga harus menguatkan diri melalui konsolidasi sehingga tercipta adanya GmnI yang berkekuatan mandiri.

Keempat, dalam hal ideologisasi gerakan, GmnI memandang hal ini menjadi suatu yang cukup penting, karena memiliki pemahaman bahwa ideologisasi/proses penanaman ideologi gerakan memiliki substansi yang cukup vital, yaitu adanya suatu pergerakan. Pergerakan ini merupakan suatu konsekuensi bagi GmnI yang telah mendeklerasikan dirinya sebagai organisasi gerakan.

Kelima, menjalin kerja sama dengan pers dan lembaga-lembaga/instansi pememrintah atau swasta dalam kerangka kemitraan strategis untuk mendukung kerja organisasi. Perjuangan untuk rakyat marhaen tidak selamanya anti pemerintah,tapi kita bisa membantu pemerintah melalui program-program yang sesuai dengan visi misi organisasi.

Keenam,berpartisipasi aktif dalam pemilu 2009 dengan peran fasilitator dan educator untuk memeberikan pendidikan politik pada masyarakat. Disamping itu,GMNI sebagai agent of social control juga harus mengawasi pelaksanaan pemilu 2009 dari politisi-politisi busuk.Semisal membuat lembaga taktis yang fokus pada gerakan anti poitikus busuk.

Ketujuh,advokasi kebijakan. GMNI selama ini hanya mampu dalam tataran gerakan protes tanpa solusi. Ke depan GMNI harus mampu menawarkan solusi apakah berbentuk konsep tandingan versi GMNI untuk menjadi masukan bagi pengambil kebijakan. Diharapkan uapaya ini akan membuat bargaining position GMNI akan lebih tinggi.

Kedelapan, melakukan aksi-aksi serentak dan memiliki isu yang sama untuk menyikapi momen-momen tertentu. Massifikasi gerakan ini selain membawa efek “boal salju” juga membuat GMNI semakin dikenal oleh rakyat sebagai organisasi perjuangan rakyat marhaen.

Kesembilan,pengorganisiran rakyat.Untuk mendukung pola advokasi kebijakan,sudah menjadi hukumya GMNI ada di tengah masyarakat.Pengorganisiran dalam kerangkan community development dan massa aksi dalam merespon krisis ekonomi dan politik yang menyengsarakanrakyat akan membuat rakyat memiliki daya tawar yang tinggi di hadapan pemerintah, sehingga kesewenang-wenangan penguasa akan terminimalisir.


Ucox Unpad

Ketua DPC GMNI Sumedang


1 komentar:

Harjoko Sangganagara mengatakan...

Merdeka ! Bung agar pokok-pokok pikiran tersebut dapat dilaksanakan diperlukan adanya "passion" yang kuat dari para kader untuk mendedikasikan diri secara total terhadap organisasi sebagai bagian dari perjuangan bangsa.

Posting Komentar

Beri Komentar Anda Di Sini :