Mencari Makna
Perempuan itu hanya mengerti di permukaan saja. Dia hanya peduli dengan apa yang kini dirasakannya.Sang suami sudah 6 hari tidak berkomunikasi denganya. Tak ada angin,tak ada hujan. Hilang begitu saja. Perempuan itu membanting segala yang ada di sekelilingnya, pertanda dia marah besar. Bermacam analisa berseliweran di dalam otak kirinya. Air matanya tumpah ruah dan emosi membakar darahnya hingga mendidih. Dan ia pun memutuskan ikut menghilang. Semuanya senyap. Tawa yang kemarin masih renyah,kini hambar. Masih tersisa satu film lagi yang belum ditonton di bioskop favoritnya dan kini film itu menjadi saksi bisu. Tapak-tapak kemesraan itu pun masih teringat jelas. Bagaimana mereka bercumbu dibalik selimut dan memacu hasrat sampai keringat penghabisan. Sunyi.
Ternyata sang suami pergi bukan karena kehilangan cinta. Bukan karena bosan dan jenuh dengan problematika hidup. Lelaki itu duduk di bawah pohon rindang. Mencoba menjernihkan hatinya dari pikiran-pikiran yang selama ini mengganggunya. Sengaja ia lari dari keramaian. Ia pergi ke tempat saudaranya di pedalaman. Hatinya gundah gulana. Sudah 40 tahun mereka menikah. Bahkan ia sendiri pun tidak pernah percaya dengan waktu yang sudah selama itu. Namun, selalu ada yang mengganjal hatinya yang perempuan itu tidak bisa menjawabnya. Ia pergi sejenak untuk menguji dan memantapkan cintanya.
Lembayung senja menghiasi sore yang agak cerah. Ilalang bergemericik pertanda ia dibelai-belai angin yang sedang gelisah. Dua tahun berlalu. (bersambung)
0 komentar:
Posting Komentar
Beri Komentar Anda Di Sini :