LAGU INDONESIA RAYA DIHINA DI INTERNET





IndonSIAL wrote:
Indonesial tanah Cairku
Tanah tumpah muntahku
Disanalah aku merangkak hina
Jadi kubur
Indonesial negara miskin ku
Bangsa Busuk dan Tanah Miskinku
Marilah kita semua tidur
Indonesial negara miskinku
Mati lah tanahku
Modar lah negriku
Bangsaku Rakyatku semuanya
Miskin lah jiwanya
Tidurlah badannya
Untuk Indonesial Miskin
Indonesial Miskin
Mampous Modar
Datang kerja Malaysia
Tapi TKI Jadi perampok
Rompak Malaysia bawa wang ke Indon
Indonesial Pendatang Haram
Miskin lah Miskin lah
Datang Haram ke Malaysia
Tiada paspor
Bila kena tangkap dan hantar balik
Kata nya malaysia jahat
Indonesial Negara Perampok
Indonesial Menghantar perampok maling
pekerja TKI Indonesial
hantaq pi Malaysia
Indonesial Maling
Merampok lagu Malaysia
Mengatakan itu lagu mereka
Indonesial Tanah yang hina
Tanah gersang yang miskin
Di sanalah aku miskin Untuk slama-lamanya
Indonesial Tanah puaka
Puaka Hantu Kita semuanya
Negara luas hasil bumi banyak tapi miskin
Datang minta sedekah di Malaysia
Marilah kita mendoa Indonesial brengset
Gersang lah Tanahnya mundurlah jiwanya
Bangsanya Rakyatnya semuanya
Tidurlah hatinya Mimpilah budinya
Untuk Indonesial Miskin
Indonesial Tanah yang kotor Tanah kita yang Malang
Disanalah aku tidur selamanya bermimpi sampai mati
Indonesial! Tanah Malang Tanah yang aku sendiri benci
Marilah kita berjanji Indonesial miskin
Mati lah Rakyatnya Modar lah putranya
Negara Miskin Tentera Coma pakai Basikal
Miskinlah Negrinya Mundur lah Negara nya
Untuk Indonesial kurap

Dari: http://www.topix.com/forum/world/malaysia/

MERAH PUTIH DI TANGAN KAUM MUDA




Pergulatan bangsa Indonesia adalah dinamika para pemudanya. Pemuda dalam lembaran sejarah merupakan aktor kunci sebagai katalisator perubahan sosial,ekonomi dan politik. Menjadi sebuah kesimpulan yang tidak terbantahkan apa yang dikatakan oleh seorang Indonesianis, Benedict Anderson bahwa sejarah Indonesia adalah sejarah pemudanya. Pemuda menyimbolkan semangat, idealisme, progresif dan berpikir radikal. Sampai-sampai panglima besar revolusi Indonesia, Bung Karno, mengatakan “ beri padaku sepuluh orang pemuda, maka akan berguncang Pegunungan Himalaya”. Artinya, pemuda adalah sosok yang dianggap pembawa perubahan atas kondisi-kondisi yang butuh perubahan. Namun, sungguh menjadi ironi sejarah, ketika hari ini kiprah pemuda tenggelam dalam arus besar hedonisme, kriminal dan pragmatis. Republik kehilangan sosok penjaga dan pengawas yang beberapa dekade lalu begitu heroik menjaga titah bangsa di rel idealisme.
Ironi tersebut terasa begitu kontras jika kita kaitkan dengan usia kemerdekaan Indonesia yang ke -64 tahun. Jika dahulu pemuda membangun bangsa dengan cara melawan penjajah kolonial,hari ini pemuda membangun dengan melawan dirinya sendiri,masalah-masalah sosial dan ketidakadilan oleh elit-elit yang rakus.Kita sedang dikepung bukan oleh moncong senjata,melainkan ketidakadilan struktural akibat liberalisasi di segala bidang oleh asing dan didukung dengan perampokan elit bangsa sendiri.Merah putih masih berkibar setengah tiang,kata merdeka masih dalam perjuangan,dan jembatan emas yang diimpikan Bung Karno hanyalah jembatan yang sedang karatan.Karena merdeka tidaklah ada artinya tanpa sebuah keadilan sosial.
Jika kita sepakat dengan perkataan merdeka masih sebuah perjuangan,maka kita sebagai pemuda harus bisa menjawabnya.Badai liberalisasi tidaklah dapat ditolak,maka kita sebagai pemuda menyumbang apa yang kita bisa sumbang.Salah satu cara yang paling sederhana adalah berperan optimal sesuai dengan bidang masing-masing agar tercipta anak-anak muda yang berdaya saing.Para seniman muda,mahasiswa,peneliti,olahragawan,politikus muda dan tiap-tiap pemuda yang ada di negeri ini harus memiliki etos kerja yang mampu bersaing.Tentunya,disertai oleh dukungan dari semua pihak termasuk peran negara.
Jika peran negara malah tidak berfungsi optimal dalam mendukung keadilan sosial,maka pemuda juga seyogyanya mengawal cita-cita proklamasi.Mengkritisi dengan memberi wacana tandingan,bermitra dengan pemerintah sampai unjuk rasa jalanan juga adalah bentuk sumbangsih.Kerja dan karya pemuda tidak akan optimal tanpa dukungan pemerintah.Bagaimana mungkin karya bisa terwujud jika tidak ada apresiasi bagi prestasi kaum muda,penyediaan ruang-ruang kreasi,pembinaan dan pengembangan orang-orang muda potensial dalam berbagai bidang.Pemuda juga butuh dukungan,bukan hanya dijejali dengan tugas sejarah yang begitu berat.
Namun,diatas semua itu,kita harus tetap optimis berkarya. Memperjuangkan kemerdekaan adalah bagaimana menghasilkan karya lewat kerja.Pemuda punya semangat untuk melakukan itu.Perubahan sosial seharusnya dimulai dari perubahan diri sendiri.Jika kita menganggap perbuatan korupsi,kekerasan,tindakan melawan hukum lainnya adalah musuh rill kita.Maka,dengan tidak melakukannya atau bahkan aktif melakukan perubahan terhadap perbuatan tersebut,sebenarnya kita juga telah ikut andil dalam memperjuangkan kemerdekaan.Terkadang kita sibuk melihat semut diseberang lautan,sementara gajah dipelupuk mata semakin tak terlihat.Merdeka.
Adi Surya
Mahasiswa Ilmu Kesejahteraan Sosial
Fisip Unpad
Aktivis GMNI Sumedang


HIDANGAN PENUTUP,INDONESIA RAYA




Pertanyaan siapa yang bertanggungjawab tidaklah menjadi hal yang paling utama dalam peristiwa absenya lagu kebangsaan Indonesia Raya di sidang paripurna. Karena hanya akan memunculkan pemakluman-pemakluman yang bernada “manusiawi” dan kemudian dimaklumi dan dilupakan.Kalaupun diketahui ternyata Ketua DPR atau Sekjen DPR yang menjadi pihak yang bertanggungjawab tetap saja tidak menghilangkan cermin makin lunturnya kesadaran kebangsaan kita.Pihak yang mengetahui kesalahan tetapi tidak memberitahukan juga seharusnya ikut bertanggungjawab.Atau jangan-jangan kita pun sebenarnya juga sering melakukan hal yang serupa,hanya saja tidak terekspose di media.Insiden tersebut bercerita lebih banyak dari sekedar cerita lupa menyanyikan lagu kebangsaan.Melainkan mencerminkan pemaknaan kita akan arti sejarah lahirnya bangsa merdeka.Tentang sebuah bangsa yang mulai pikun akan nasionalismenya.
Semua tahu bahwa peristiwa ini sangatlah fatal.Bagaimana bisa lagu kebangsaan terlupakan dalam sidang paripurna yang dihadiri oleh eksekutif dan legislatif. Padahal ini bukanlah sidang DPR untuk pertama kalinya,bukan pula sidang yang berbeda dengan sidang yang pernah ada.Padahal sesuai dengan UU No 24 Tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara serta Lagu Kebang­saan dinyatakan bahwa lagu kebangsaan wajib dinyanyikan a.untuk menghormati Presiden dan/atau Wakil Presiden; b.untuk menghormati Bendera Negara pada waktu pengibaran atau penurunan Bendera Negara yang diadakan dalam upacara; c.dalam acara resmi yang diselenggarakan oleh pemerintah,d.dalam acara pembukaan sidang paripurna Majelis Per­musyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dan Dewan Perwakilan Daerah; e.untuk menghormati kepala negara atau kepala pemerintahan negara sahabat dalam kunjungan resmi; f. dalam acara atau kegiatan olahraga internasional; dan g.dalam acara ataupun kompetisi ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni internasional yang diselenggarakan di Indonesia.Bagaimana bisa terlupakan,bukankah undang-undang itu baru disahkan oleh DPR?.Agak kontras ketika anggota dewan tidak pernah lupa jika ada pembagian gaji,insentif ataupun fasilitas-fasilitas yang disediakan melalui uang rakyat.
Fenomena tersebut menunjukkan dua hal. Pertama,lemahnya koordinasi atau saling kontrol antara Sekjen DPR,protokol dan DPR.Kedua,menunjukkan sisi yang lebih mengkawatirkan bahwa tanda-tanda semakin lemahnya semangat keindonesiaan tidak hanya hinggap pada rakyat jelata,tetapi juga pada wakil rakyat itu sendiri.Soal lemahnya kordinasi tampak ketika tidak adanya inisiatif dari protokol maupun pimpinan sidang paripurna untuk saling mengingatkan.Sangat keterlaluan ketika Sekjen DPR lalai memasukkan acara menyanyikan lagu kebangsaan dalam sebuah acara kenegaraan.Namun,lebih keterlaluan jika tidak ada yang mengingatkannya sejak awal kesalahan itu terjadi.
Semangat kebangsaan yang mulai meluntur juga bisa melatarbelakangi peristiwa tersebut. Jamak kita ketahui bahwa nasionalisme kita adalah nasionalisme formalistik,banal,seremonial dan temporer.Jika dahulu,semasa perjuangan kita menaikkan bendera merah putih artinya kita berani mati demi kemerdekaan.Hari ini ketika menaikkan bendera,kita berani dan siap untuk sekedar ikut lomba.Lagu kebangsaan yang berkumandang,hingar bingar bendera yang menyesaki jalan hanya simbol,tidak lebih. Nasionalisme berhenti sebagai nasionalisme temporer,Artinya,rasa cinta bangsa muncul dan dimunculkan hanya pada momen tertentu saat kita membutuhkannya.Lihatlah pertandingan olahraga,upacara bendera,acara-acara kebangsaan,hari-hari bersejarah.Setelah itu,nasionalisme hanyut dan tenggelam dalam rutinitas hidup yang semakin pragmatis. Hari ini mengibarkan bendera,bersorak-sorai teriak merdeka,esok hari korupsi jalan lagi,pengundulan hutan aktif lagi,penghisapan manusia atas manusia berputar tak berhenti.
Nasionalisme menjelma menjadi cinta pada tanah dan airku sendiri,bukan tanah air kita. Cinta pada kepentingan kelompok kita saja,bukan kepentingan semua.Cinta pada seremonial,bukan substansi.Bagitu pula kita memaknai lagu kebangsaan hanya sekedar seremonial belaka. Padahal lagu itu pernah membuat buku kita merinding.Lagu ciptaan Wage Rudolf Soepratman, pertama kali diperkenalkan oleh sang penciptanya pada Kongres Pemoeda Indonesia, 26-28 Oktober 1928. Lagu yang terdiri atas tiga oktaf/bagian itu bukan hanya seperti yang kita kenal sekarang, melainkan ada dua bagian bait lagu yang berisi jayalah bangsaku dan juga doa bagi negeri tercinta ini. Kongres yang menghasilkan Soempah Pemoeda itu bukan hanya sepakat atas tiga hal: mengaku berbangsa satu, bangsa Indonesia; bertanah air satu, tanah air Indonesia, dan menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia, melainkan juga menjadikan lagu Indonesia Raya sebagai lagu kebangsaan bagi negeri yang akan merdeka itu.Sekali lagi,Indonesia Raya bukan hanya sebuah lagu,tapi juga saksi bahwa kita pernah punya memori kolektif tentang semangat persatuan dan kebangsaan.
Sejenak kita keluar dari sidang paripurna.Melihat bagaimana generasi muda kita lupa akan lagu kebangsaannya dan lebih hafal lagu-lagu mancanegara.Indonesia Raya tercerabut dari akar sejarahnya dengan menjadi “lipstik” dari acara-acara formal.Nuansa formalistik dan seremonial terlihat dari penghayatan “yang penting ikut nyanyi” membuat kekhususan lagu kebangsaan tidak mendapat tempat yang berarti.Indonesia Raya kini tersandera dalam susunan acara-acara kenegaraan.Seolah-olah lagu itu hanya boleh dinyanyikan dalam acara yang khusus. Sudah jarang kita mendengar lagu tersebut dinyanyikan di ruang-ruang informal.Hal ini pula yang kemudian membuat Indonesia Raya semakin lekat dengan prosedural,formalistik dan seremonial.
Melihat semua ini sudah sepantasnya kita tiap-tiap orang bercermin dengan bingkai kejujuran.Rasa cinta tanah air ada dalam sanubari tiap-tiap individu yang harus dipertanyakan ulang oleh masing-masing dari kita.Siapapun itu,apakah Sekjen DPR,ketua DPR,atau mungkin kita secara personal selayaknya mengajukan pertanyaan pada diri,sudahkah saya ber-nasionalisme.Proses bertanya itu akan menghasilkan refleksi dan aksi.Tiap orang pernah melakukan kesalahan memang tak dapat dipungkiri.Tetapi hal itu tidak semata-mata menjadi tameng dan pembenaran untuk menutup diri dan menghindar dari evaluasi diri.Cermin tidak pernah berbohong,kecuali kita mengingkarinya.Bopeng-bopeng wajah pragmatisme,sukuisme,promordialisme tidaklah elok rupanya walau ditambal “bedak kepalsuan”. Bercermin juga sekaligus menggugat diri,ajang evaluasi apa yang seharusnya dengan apa yang telah dilakukan. Nasionalisme selalu membutuhkan pembuktian,aktualisasi dan tentunya otomatis mengandung evaluasi.
Bagi kita rakyat jelata,pudarnya nasionalisme juga tidak bisa diletakkan di luar diri kita. Bahwa memudarnya nasionalisme adalah karena faktor luar yang tidak berkaitan dengan diri kita.Cinta pada tanah air adalah juga tanggung jawab tiap-tiap orang di republik. Nasionalisme indonesia terbentuk dan dibentuk oleh interaksi kita sebagai komunitas terbayang (imagine community).Soal bagaimana memaknai primordialisme, globalisasi,arus konsumerisme,disintegrasi.Jangan kita terus menuduh nasionalisme hilang karena penjajah sudah pergi sembari lupa pada musuh yang ada dalam diri sendiri. Artinya,pudarnya rasa kebangsaan juga adalah tanggung jawab kita bersama.
Jika kita sebagai rakyat jelata yang terus menerus dituduh tidak punya rasa kebangsaan,justru kita sekarang menggugat elit-elit politik yang tidak lebih baik dari kita.Padahal salah satu cara meningkatkan nasionalisme dengan tata masyarakat yang berciri patronase,adalah teladan dari para pemimpin.Kita masyarakat dipaksa untuk membayar pajak,sementara para pejabat dan pengusaha lupa bahwa tunggakan pajaknya lebih besar dibanding seorang pedagang asongan.Kita dituntut mengamalkan pancasila,sembari pejabat lupa akan bait lima sila-nya. Kita dituduh sebagai kumpulan massa yang anarki,sementara pemandangan baku hantam di ruang DPR lebih mencekam.Nasionalisme bukan soal mencari siapa yang bertanggungjawab,tetapi soal diri kita masing-masing.

Adi Surya
Ketua DPC GMNI Sumedang

FOTO TERBARU NOORDIN M TOP


JAKARTA - Gembong teroris Noordin M Top telah mengubah penampilan fisiknya untuk mengelabui polisi yang berjaga di sekitar wilayah perbatasan Yogyakarta dan Jawa Timur. Noordin kini telah mengubah penampilannya dengan rambut poni curly dan selalu membawa cadar.

"Pasti dia sudah mengubah penampilan terbarunya. Perlengkapan yang selalu dibawa dia itu kacamata hitam, topi laken, berjaket, cadar, dan lapisan rompi bom," kata Ketua umum Gerakan Umat Islam Indonesia, Habib Abdurahman Assegaf di Hotel Atlet Century, Senayan, Jakarta, Rabu (12/8/2009).sumber : http://news.okezone.com/read/2009/08/12/1/247417/keriting-berkumis-penampilan-baru-noordin-m-top

KAPITALISME ATAU SOSIALISME


Pembubaran komune di Cina menghebohkan dunia internasional. Pasalnya kebijakan ini telak menghantam landasan ideologi komunis. Sejak awal 1980-an Cina memang secara perlahan tapi pasti mengubah sisitem ekonominya dan sekaligus juga sisitem ideologinya.Dulu sekjen partai harus fasih mengutamakan komunisme. Ia hidup sederhana rela bekerja tanpa dibayar, menolong sipa saja yang memebutuhkan. Mantra-mantra sakti dari mulut Mao, Marx, Lenin hafal luar kepala.
                Namun kita lihat sekarang. Sekjen partai harus pandai mengelola perusahaan, kreatif mencari modal. Ia tidak akan membiarkan sekertaris partai dari desa sebelah menyainginya. Harta kekayaan seorang sekertaris partai sungguh luar biasa. Rumah mewah, mobil keluaran paling up to date pun parker di garasi rumah. Luar biasa.Kita beranjak ke dunia kampus. Di berbagai universitas Cina buku-buku yang menjadi buku wajib bukanlah Das Kapital-nya Karl Marx, Melainkan Road To Serdom-nya Hayek. Wah kebalik nih. Beberapa contoh diatas hanya mau menggambarkan bagaimana perubahan yang terjadi di Cina. Negara yang ditakuti karena komunismen-nya kini bertransformasi menjai penganut idologi pasar. Kenapa bisa begitu ya ?
                Komunisme sudah mati di Cina. Semangat pengorbanan, semangat altruis, semangat mengalah kini berganti menjadi kompetisi. Semangat menjadi kaya. Perubahan ideologi tidaklah redikal terjadi melainkan setahap demi setahap. Namun anehnya para pemimpin Cina tetap mempertahankan komunisme sebagai ideologi resmi negara walaupun dalam praktiknya memeluk ideologi pasar.Memang dulu Cina sudah menerapkan tahap sosialisme awal. Namun ternyata tidak mudah melanjutkan program pembagunan ekonomi.Lompatan jauh ke depan Mao gagal total. Perubahan baru terjadi saat Deng Xiaoping memilih ideologi pasar. Tentunya hal ini mendapat respon yang beraneka ragam di kalangan elit Cina. Deng membiarkan dikembalikannya hak milik pribadi, dan kontrol negara atas sarana produksi dikurangi secara progresif.
                Fenomena ini ternyata membuat hancurnya prinsip sosialisme yang kemudian membawanya menjadi kemacetan ideologis. Kelompok konsevatif menginginkan Cina tetap pada jalur komunisme. Namun kelompok reformis membela sebaliknya, dan bahkan ide-ide mereka dapat membubarkan Partai Komunis Cina ( PKC ).
Akhirnya lewat debat panas dan panjang ditemukan istilah kompromi , yaitu “ sosialisme tahap awal “. Pada tahap ini Cina akan mengerjakan industrialisasi, komersialisasi, sosialisasi dan modernisasi produksi, semua hal yang dicapai pada kondisi kapitalis. Berapa tahap awal ini ?
                Kurang lebih 150 tahun kata Sekjen Partai , Zhao Ziyang.
Untuk mewadahi sistem ekonomi baru ini,para ideologi partai menciptakan istilah “ ekonomi pasar sosialis. Kerangka yang menopang sistem ini berasal dari Deng Xiaoping. Pada saat ini dia memang menjadi pemimpin yang mengatasi semua pemimpin Cina. Wibawanya meembuat elit –elit Cina juga menghormatinya. Kurang lebih 7 bulan sebelum diadakannya kongres ke 14, Deng Xiaoping melakukan perjalanan ke selatan. Disana ia mengelurkan fatwa “ perkembangan ekonomi Cina janganlah seperti perempuan yang berjalan melenggak-lenggok dengan kaki diikat “. Fatwa ini kemudian yang dikenal dengan “ ucapan perjalanan ke selatan “ ini menggoncangkan anggota politbiro.Pada tahun 1997 pertarungan ideologis telah berakhir, yaitu setelah itegaskan lagi “ sosilaisme pada tahap awal “.Pada tahap awal dijalankan dengan mengurangi peran Negara dan meemperluas mekanisme pasar.
                Deng Xiaoping mengatakan untuk mengehntikan perdebatan tentang –isme. “ apa yang baik untuk meningkatkan produktivitas baik juga untuk sosialisme “katanya.
Menarik melihat paparan tentang pergeseran ideology Cina di atas. Biasanya ketika sebuiah Negara sudah commited terhadap suatu ideology , maka ia akan menyingkirkan ideology lainnya. Berbeda dengan Cina, ketika ideology resmi negar adalah sosialisme untuk tidak megatakan komunis namun sekaligus juga melaksanakan mekanisme pasar. Padahal keduanya kalau bisa dibilang sulit sekali untuk mencari persamaannya. Namun mengulang ucapan Deng Xiaoping “ Yang menjadi masalah bukannya kucing hitam atau putih, namun kucing yang bisa menangkap tikus “. Luar biasa.
Diringkas Dari Buku Belajar Dari Cina Karangan I. Wibowo

BAHAYA KAPITALISME DARI CHINA

Tiga puluh tahun yang lalu apa yang ditakuti dari Cina ? tentunya kita semua sepakat menyebut komunisme-nya. Tetapi sekarang justru terbalik. Kapitalisme yang dulunya dibumuhanguskan , kini menjadi kekuatan yang mendorong Cina bangkit dari keterpurukan. Agak aneh memang jika kita kaji secara ideologi bahwa Negara komunis bisa sekaligus menjadi Negara kapitalis. Kenapa bisa begitu ?
Sejak tahun 1990, Cina telah menjadi penghasil TV terbesar di dunia, kemudian lima tahun kemudian menjadi penghasil semen terbesar di dunia. Tahun 1998, Cina juga menduduki tempat tertinggi di dunia sebagai produsen pupuk buatan dan baja. Dilihat dari struktur ekspornya, Cina merupakan pengekspor produk hasil pertanian dan kemudian berubah drastis menjadi pengekspor barang-barang manufaktur. Angka pertumbuhan ekonomi juga luar biasa, Cina mengalami overheating selama beberapa tahun , tapi kemiudian tumbuh sekitar 8 % per tahun. Angka yang dikeluarkan pememrintah Cina , menunjukkan untuk tahun 2002 adalah 7 % , yang merupakan angka pertumbuhan tertinggi di dunia.
Pertumbuhan ekonomi ini ditengarai berasal dari penanaman modal asing. Dari mana datannya modal ini ? Orang banyak akan beranggapan dari AS. Namun ternyata sebagian besar berasal dari Taiwan, Korea Selatan dan Jepang.
Dilihat dari sisis historisnya, keadaan ekonomi Cina dulu sempat mengalami penurunan. Akibat Pembantaian demonstrasi mahasiswa di lapangan Tian’amen kemudian membuat Cina dijauhi dari pergaulan internasional yang berdampak pada ekonomi Cina yang mengalami angka pertumbuhan yang rendah.
Terjadilah inflasi yang membaut pemimpin Cina berdebat untuk segera keluar dari krisis. Pada saat itu banyak pemimpin dan elit politik Cina sudah putus asa dengan keadaaan yang terjadi di Cina pasca pembantaian lapangan tian;amen.namun lagi-lagi deng Xiaoping yang sudah uzur mengadakan perjalanan ke selatan dan mengatakan “ Ekonomi Cina tidak boleh berjalan seperti gadis-gadis dengan kaki diikat “.
Kemudian ucapan Deng dijaikan landasan untuk menerapkan ekonomi pasar sosialis. Dengan sisitem ekonomi ini pada prinsipnya mengikuti sisitem ekonomi pasar dimana prouksi dan distribusi diatur oleh mekanisme pasar. Kebijakan ini kemudian yang menjadi ruh dalam pertumbuhan ekonomi di Cina sejak tahun 1992. Sejak itu dilaksanakan serangkaian reformasi institusi ekonomi yang ditujukan untuk mendukung sisitem ekonomi pasar. Kemudian dilanjutkan dengan dikeluarkannya dua Undang-undang yang mengatur bank sentral, pendirian pasar valuta asing, undang-undang pasar modal, undang-undang kebangkrutan, reformasi di perusahaan Negara, privatisasi perumahan penduduk, UU perusahaan dengan dana individu. Selain itu diadakan amandemen terhadap udang-undang dasar yang mengizinkan pihak swasta dalam perekonomian.Peraturan –peraturan diatas merupakan institusionalisasi ekonomi pasar yang tumbuh setelah Nanxun Deng Xiaoping. Walaupun disebut ekonomi pasar sosialis namun pada praktiknya tetap menjalankan ekonomi pasar.
Seorang analis dari Korea Selatan menyimpulakn pengamatanya terhadap ekonomi Cina selama 25 Tahun. Menurutnya , rahasia dan sukses ekonomi Cian erat berkaitan dengan :
• Desentralisasi
Sejak tahun 1990 Cina telah mendesentralisasi kekeuasan administrative maupun perencanaan anggaran kepada pemerintah daerah.
• Marketisasi
Dengan marketisasi peran negar dipekekecil, terutama dalam pembuatan rencana oleh pememerintah pusat. Kalau pada awal reformasi Cuma 5 % saja dari ekonomi Cina pada tahun 1999 naik menjadi 50 %.


• Diversivikasi
Kepemilikan perusahaan didiversivikasikan dengan macam-macam kombinasi. Privastisasi menjadi salah satu macamnya.
• Internasionalisasi
Cina terus membangun hubungan denga dunia luar. Pada tahun 1990-an, 60 % wilayah Cina dinyatakan terbuka bagi dunia luar. Gairah untuk berkiprah di dunia internasional ini diiringi dengan semangat masuk ke berbagai rezim internasional. UNDP, IMF, world Bank, WTO, WTC dll.

Melihat hal-hal diatas , wajar orang-orang di seluruh dunia merasakan bahaya dari Cina. Yang ditakuti adalah ekspornya. Cina pada tahun 2001 melejit setinggi 23 % menjadi US$ 266 milliar dan merupakan 4,4 % dari ekspor dunia. Surplus perdaganagn Cina pada tahun 2001 meningkat lebih dari US$ 30 miliar. Cina mengalami deficit perdagangan dengan malasyia, Korsel, dan Thailand. Setelah masuk WTO, impor Cina dari Jepang menigkat dengan kecepatan 40-50 % per tahun.
Tetapi the Economist mengingatkan bahwa di bidang computer, mobil dan semi konduktor , Cina belum mencapai tingkat ekspor, semuanya masih menjadi komoditas domestic. Banyak teknologi Cina belum mamapu bersaing dengan prouk buatan AS.
Dari perbandingan di atas dapat isimpulkan bahwa Cina belumlah menjadi ancama yang serius. Perusahaan teknologi juga masih menyukai Asia Tenggara untuk ber-investasi. Misalnya, perusahaan mobil Jepang menuangkan uanganya Thailand. Isuzu motors membuat mobil juga di Negara yang sama. Meskipun Cina mamapu menarik investor asing di bidang teknologi. Cina masih kalah dibandingkan Negara Asia dalam menyediakan pendukung hi- tech, termasuk riset yang terkenal mahal.
Akan halnya Indonesia, ancaman Cina mungkin lebih terasa. Indonesia kalah jauh ibandingkan dengan Cina. Ini bisa dilihat dari beberapa bidang sebagai berikut :

CINA DAN GLOBALISASI

Ada apa dengan Cina ? negeri tirai bambu yang dulu kita kenal sebagai bangsa yang akrab dengan cerita kemiskinan dan perilaku orang Cina yang kotor, membuat wisatawan selalu punya mimpi buruk ketika harus berlibur untuk ke dua kalinya ke Cina. Namun itu dulu. Sekarang Cina menjadi salah satu Negara yang memiliki pertumbuhan ekonomi tertinggi di dunia. Angka pertumbuhan Cina mencapai 7 % pada tahun 2002. Pada era 1900-an Cina dapat ikatakan mengalami transformasi yang amat drastis. Ia benar - benar bagaikan naga terbang yang melesat naik ke udara.
Ada empat model yang biasanya dipergunjingkan sehubungan denan model Cina. Pertama, ekonomi . Sukses Cina mempertahankan angka pertumbuhan sebesar 7 % menjadi pokok pembicaraan yang takj ada habis-habisnya. Kedua, Politik. Bagaimana sisitem politik Cina dapat menciptakan stabilitas ? dengan kehadiran satu-satunya partai komunis Cina sebagai yang berkuasa. Ketiga, Ideologi. Bagaimana mungkin ideologi komunisme itu dapat digeser sedemikian rupa sehingga masih bisa memeberi semangat dan gaya dorong bagi masyarakat. Keempat, globalisasi. Cina masuk dalam pusaran globalisasi dan menjadi salah satu pemenangnya yang bertahan sampai hari ini.
Kebudayaan Cina adalah salah satu kebudayaan tertua di dunia bersama kebudayaan Babilonia, Yunani, Aztek, Mesir. Kebudayaan lain hancur dan lenyap, namun kebudayaan Cina tetap bertahan sampai dengan hari ini. Padahal di era globalisasi banyak kebuayaan-kebudayaan asli mulai tergerus oleh pengaruh interkoneksi dan interdependensi. Tapi berbeda dengan Cina, Negeri yang juga akrab disebut negeri gingseng ini tetap berkibar di tengah deru globalisasi.
Globalisasi pertama yang dialami Cina adalah pada saat menjalin hubungan dagang dengan kekaisaran roma. Cina juga dimasuki oleh agama-agama yang datang dari luar sepereti Kristen , Buddha, dan Islam. Masa Dinasti Tang melahirkan yang disebut “ pax sinica “. Dilanjutkan oleh Dinasti Ming yang mungkin dikenang sebagai Dinasti yang menjalankan globalisasi pada tingkat yang paling ekstensif. Pada Dinasti Qing, para misionaris yang hendak menyebarkan agama masuk ke Cina. Pertemuan dengan orang-porang dari barat pada abad ke 16 ini membuat perubahan pada kebudayaan Cina. Misalnya masuknya misionaris memeperkenalkan peta dunia dan teknologi pada pemimpin-pemimpin Cina. Namun karena misionaris dianggap melangkah terlalu jauh dalam menyebarkan agama , maka Cina menjalankan kebijakan pintu tertutup. Globalisasi ketiga tidak terbendung lagi ketika berkali-kali Cina menolak permohonan utusan Inggris untuk menjalin hubungan dagang. Akhirnya Inggris menyerang Cina yang disebut sebagai peristiwa “ perang candu “.
Pada saat itu kaum intelektual seperi Sun Yat Sen menganggap runtuhnya kekaisaran sebagai era baru perubahan di Cina. Pandangan mereka bahwa sisitem kekaisaran harus dibubarkan dan diganti dengan pemerintahan yang lebih modern. Selain itu ajaran konfusionisme dianggap sebagai biang kekalahan Cina pada perang candu. Puncak penolakan konfusionisme ini terjadi pada peristiwa “ empat mei “ pada tahun 1919. Kemudian sekelompok kaum intelektual Cina menyepakati ajaran komunisme sebagai ideology perjuangan mereka yang kemudian disusul oleh berdirinya Partai Komunis Cina tahun 1921. Sun Yat Sen memilih bentuk pemerintahan “ republik, engan mengganti kaisar menjadi raja. Terlihat bahwa Cina ingin beranjak dari system pemerintahannya yang lama menuju pemerintahan modern.
Globalisasi ke empat berlangsung sejak berkuasanya PKC pada tahun 1949. Cina resmi membuang semua warisan kebudayaan lamanya dan menggantinya dengan kebudayaan global yang diwakili oleh komunisme. Puncak dari globalisasi ke empat ini adalah yang disebut “ revolusi Kebudayaan Proletar “Pada tahun 1966. Pada saat itu terjadi penghancuran dan pemusnahan terhadap segala bentuk kebudayaan lama kecuali bahasa.
Kemudian Deng Xiaoping dengan penuh semangat menyambut datangnya globalisasi. Ia dianggap akan membawa perubahan di Cina. Pelarangan memelihara kebudayaan tradisional dicabutnya. Kemudian ia mengeluarkan slogan Gaige Kaifang ( Reformasi dan membuka diri ). Saat ini Cina menjadi anggota semua organisasi internasional , mengikat hubungan dagang dengan Negara-negara di seluruh dunia. Setiap peristiwa global dan mondial yang diikuti selalu menyebabkan luapan emosi gembira pada rakyat.
Kesenian Cina juga berubah. Salah sati indikasinya adalah pelukis-pelukis Cina meninggalkan gaya realis – sosialis yang begitu jaya pada revolusi kebudayaan. Mereka berpaling ke gaya seni yang berkembang di barat. Pada tigkat pop culture, rakyat Cina saat ini menikmati nyanyian lagu-lagi yang mengaliur dari Hong-kong maupun dari Taiwan.
Jelas nampak obsesi di seluruh Cina untuk menjadi modern atau memiliki kebudayaan global. Dengan potensi dan kekuatan yang dimilikinya saat ini , Cina diramalkan akan menguasai perdagangan dunia. Siapa yang tidak mau seperti Cina ? Sudah saatnya kita melihat ke depan dan membuat sebuah perubahan. Cina saja bisa, kenapa kita tidak
Diringkas Dari Buku : Belajar Dari Cina
Adi Surya
Ketua DPC GMNI Sumedang


Studi Pertanian Di Titik Nadir


Ada sebuah ironi ketika bangsa ini dikenal sebagai negara agraris,ternyata tidak berbanding lurus dengan minat calon mahasiswa pada studi pertanian. Setidaknya data pada hasil Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) tahun 2008 menunjukkan masih terdapat 2.894 kursi kosong pada program studi bidang pertanian di 47 perguruan tinggi negeri. Sedangkan pada tahun 2009,data dari panitia SNMPTN trend tersebut terus berlangsung dengan banyaknya bangku kosong yang masih tersedia di 42 PTN yang menyebutkan studi pertanian salah satu yang tidak populer. Bisa dibayangkan ketika kebutuhan pangan kita sudah tidak ada lagi yang mengurus dan mengembangkannya. Sementara negara-negara lain berlomba-lomba mengembangkan bidang pertanian sebagai bargaining ekonomi dalam era globalisasi.
Tidak dapat disangkal sampai hari ini sektor pertanian masih merupakan sektor andalan bagi perekonomian Indonesia. Hal ini bisa dilihat dari sumbangan terhadap Produk Domestik Bruto, penyerapan tenaga kerja, penerimaan devisa, pengurangan kemiskinan dan ketahanan pangan. Era kejayaan sektor pertanian menuai berkah pada zaman swasembada pangan pada tahun 1984. Gelar sarjana pertanian begitu bergengsi. Namun, memasuki lompatan jauh ke era industrialisasi,sektor pertanian ikut tenggelam digilas laju pembangunan pabrik-pabrik yang menggusur lahan-lahan pertanian. Sektor pertanian mau tidak mau terkena stigma sebagai pekerjaan orang miskin. Image-nya lekat dengan pekerjaan yang tidak memiliki prospek ke depan.
Konstuksi paradigma seperti ini tidaklah muncul dari ruang kosong. Kita turut mendekonstruksi dan memberi simbol-simbol sektor pertanian menjadi tidak menarik. Padahal, sektor pertanian merupakan penyedia bahan baku bagi industri,selain itu produk pertanian merupakan kontributor komoditas ekspor yang cukup penting dan penyedia lapangan kerja untuk mengurangi pengangguran. Faktor pentingnya sektor pertanian dikalahkan oleh derap laju indutri yang di satu sisi juga menunjukkan perkembangan yang signifikan.Sektor industri telah berhasil meningkatkan investasi,mendongkrak pertumbuhan ekonomi,peningkatan pendapatan per kapita dan kesempatan kerja yang lebih bervariasi. Meskipun demikian, untuk negara Indonesia yang mayoritas penduduknya adalah bertani,maka fokus pada pengembangan pertanian adalah harga mati.
Salah satu dari sekian banyak permasalahan yang menyandera sektor pertanian adalah SDM yang minim. Perguruan tinggi sebagai pencetak ahli-ahli pertanian menghadapi situasi dimana fakultas pertanian tidak diminati oleh calon mahasiswa. Artinya, kita akan menghadapi krisis SDM bidang pertanian di masa datang. Sementara negara-negara lain sudah mengembangkan variasi-variasi produk pertaniannya. Kita terbenam dalam lumpur paradigma yang menganggap untuk bisa mengembangkan pertanian tidak perlu kuliah di perguruan tinggi.
Ada beberapa faktor penyebab untuk bisa menjawab kenapa program studi pertanian sepi peminat. Pertama, adanya image negatif yang mengaitkan pertanian adalah pekerjaan yang tidak memiliki prospek cerah untuk menjamin masa depan. Mulai dari keluarga sebagai pranata terkecil,orang tua mensosialisasikan anak-anak harus menjadi dokter, pilot, polisi dan bidang kerja lain yang non-pertanian. Pilihan bertalian dengan ekspektasi. Memilih jalan menjadi sarjana pertanian dianggap sama dengan memilih mendapat status kemiskinan dan pengangguran. Kedua,sektor non pertanian lebih menjanjikan lapangan pekerjaan dan jaminan kesejahteraan yang lebih bervariasi. Hal ini bisa kita lihat dengan mata telanjang di kolom lowongan kerja di berbagai media massa yang sangat jarang membutuhkan lulusan dari fakultas pertanian.Pada tahun 2008, ada 940 perusahaan/jasa membutuhkan tenaga kerja, tetapi hanya 3 (tiga) perusahaan atau sekitar 0,31 persen dari total perusahaan/jasa yang membutuhkan tenaga kerja di bidang sarjana pertanian.
Ketiga,pengembangan sektor pertanian oleh pemerintah berjalan setengah hati.Pemerintah lebih memihak pada sektor industri yang dianggap lebih cepat memacu pertumbuhan ekonomi. Selain itu, polarisasi pembangunan kota dan desa juga turut menyumbang makin ditinggalkannya sektor pertanian. Kota identik dengan kemakmuran dengan sektor industrinya.Sedangkan desa identik dengan daerah miskin yang tidak punya masa depan bagi pencari kerja.Padahal jika sektor ini berkembang dan didukung penuh pemerintah,maka akan menarik gerbong minat calon mahasiswa dan lulusan pertanian untuk bekerja di sektor pertanian.
Keempat,peran universitas yang belum mampu melakukan transformasi dalam pengembangan sektor pertanian. Lulusan-lulusan pertanian cenderung memiliki kemampuan yang homogen hanya di seputar penguasaan teori. Menurut hasil Survey Subdirektorat Kurikulum dan Program Studi yang dilansir tahun 2005, seorang lulusan sarjana pertanian setidaknya dituntut memiliki 8 kompetensi penting, yakni kompetensi umum di sektor pertanian, mengerti dan menguasai kearifan lokal daerah yang menjadi domisili ia berkarir, piawai memanfaatkan ICT, memiliki kemampuan penyelesaian masalah yang baik, berjiwa enterpreneur, memiliki pengetahuan bisnis, komunikatif dan mampu bekerja sama serta memiliki jiwa leadership.
Melihat peta permasalahan di atas kita pertama-tama melihat bagaimana arti penting sektor pertanian bagi pembangunan bangsa. Untuk itu ada beberapa langkah yang bisa kita rumuskan bersama untuk mengatasi minimnya peminat studi pertanian. Hal yang sangat mendesak yang perlu dilakukan adalah dekonstruksi stigma pertanian sebagai pekerjaan yang identik dengan kemiskinan. Kita ingin mendengar anak-anak berlomba mengangkat tangan ketika ditanya siapa yang ingin jadi sarjana pertanian. Kita ingin melihat kursi-kursi perguruan tinggi selalu penuh dengan antusiasme. Memulainya dari citra pertanian dan lulusan-lulusannya yang berhasil membuat terobosan-terobosan dalam bidang pertanian.Pertanyaannya mungkin sama dengan kenapa profesi dokter begitu diminati,kenapa pilot menjadi impian mayoritas anak-anak.Ternyata pekerjaan-pekerjaan seperti dokter mampu menjamin kesejahteraan dan akhirnya mendapat prestise di mata publik.Sedangkan pertanian harus bisa membuktikan diri bahwa lulusannya tidak melulu bekerja dengan cangkul,sepetak sawah dan pola-pola tradisional lainnya.Pembuktian dimulai dari perguruan tinggi yang mengembangkan pertanian menjadi profesi yang menjamin kesejahteraan. Semisal memfokuskan pada agroteknologi/agro- ekoteknologi dan agribisnis. Penting kiranya merubah kurikulum untuk menarik minat dan menyesuaikan dengan kebutuhan di masa depan.Memasukkan kewirausahaan dalam kurikulum juga menarik,agar lulusan pertanian tidak hanya menghasilkan tetapi bisa juga menjual hasil produknya. Generasi muda akan tertarik jika usaha yang dilakukan menjanjikan potensi yang besar.
Dukungan dari pemerintah sangat vital.Mengembalikan sektor pertanian sebagai primadona menjadi keharusan.Pemerintah memiliki kekuasaan dan sumberdaya untuk mengembangkan pertanian melalui departemen pertanian.Intinya, jika pertanian didukung perkembanganya oleh pemerintah. Hal ini akan ditangkap calon mahasiswa sebagai sebuah peluang.Memberi perhargaan (reward) bagi peneliti-peneliti akan sangat membantu sektor ini diminati.Dukungan beasiswa terhadap riset-riset mahasiswa,penyediaan lapangan kerja bagi lulusan pertanian bisa mendongkrak citra yang telah lama pudar.
Kiranya upaya serius menjadikan pertanian sebagai motor pembangunan juga harus diselaraskan dengan faktor pendukungnya.Jika tidak,maka bisa dibayangkan anak-anak yang berasal dari keluarga petani tidak lagi punya cita-cita mengembangkan sektor pertanian negerinya. Mereka saja sudah kehilangan,apalagi anak-anak dari keluarga non pertanian?.
Adi Surya P
Ketua DPC GMNI Sumedang
Mahasiswa Ilmu Kesejahteraan Sosial
Fisip Unpad