Demam Facebook Dan Kampanye Pemilu

Demam Facebook Dan Kampanye Pemilu

Perkembangan teknologi memang menentukan perilaku politik. Ada sebuah ungkapan di dunia politik bahwa siapa yang menguasai teknologi dan media, akan meraih kekuasaan. Setidaknya hal ini dipergunakan dengan baik oleh Presiden AS, Franklin D Roosevelt (FDR), memanfaatkan radio untuk menjelaskan kebijakan New Deal-nya kepada warga negeri Paman Sam tersebut. Dalam masa 1933 sampai 1944, pidato radio FDR yang dikenal sebagai fireside chats ini mampu membangkitkan semangat kepada warga Amerika yang moralnya amburadul karena imbas the great depression akibat Perang Dunia Kedua.Begitu pula John F Kennedy dan Richard Nixon yang memanfaatkan media televisi dan radio untuk berdebat untuk mensosialiasikan pikiran-pikiran mereka untuk memperebutkan jabatan presiden AS. Dan yang paling hangat adalah bagaimana Obama secara cerdas melihat peluang untuk mengunakan internet untuk melaju ke gedung putih.


Menjelang pesta demokrasi pada tahun ini, para caleg dan capres juga ternyata tidak mau dikatakan gagap teknologi untuk mendulang suara. Terinsprasi kemenangan Obama yang menggunakan media internet lewat Facebook dan Youtobe, politisi kita berama-ramai melakukan hal serupa. Media seperti blog,situs pribadi,group dan video–video kampanye bertebaran di dunia maya. Namun,jika kita membandingkan media-media yang digunakan oleh politisi kita untuk kampanye, Facebook merupakan media yang cukup diminati. Hal ini dikarenakan Facebook mewakili kampanye dialogis antara caleg atau capres dengan pengguna melalui fasilitas chatting dengan visualisasi gambar dan tulisan.Berbeda dengan Friendster,Blog dan video yang sifatnya hanya satu arah saja. Facebook dianggap bisa mengkombinasikan semua yang tidak dimiliki oleh media-media kampanye lainnya di dunia maya. Namun, pertanyaan yang penting untuk diajukan adalah,sejauh mana efektivitas kampanye melalui Facebook untuk mendulang suara.

Facebook dibuat oleh seorang mahasiswa Harvard, Mark Zuckenberg untuk saling mengenal bagai sesama mahasiswa Harvard. Pada September 2005 Facebook tidak lagi membatasi jaringannya hanya untuk mahasiswa., Facebook pun membuka jaringannya untuk para siswa SMU. Beberapa waktu kemudian Facebook juga membuka jaringannya untuk para pekerja kantoran. Dan akhirnya pada September 2006 Facebook membuka pendaftaran untuk siapa saja yang memiliki alamat e-mail. Perkembangan pesat pengguna Facebook begitu pesat,sampai-sampai beberapa intansi melarang karyawanya menggunakan media ini karena dianggap menggangu kinerja perusahaan. Sebagai sebuah jejaring sosial, Facebook memang menghadirkan fitur-fitur yang bisa mengorganisir komunitas maya sesuai dengan minat dan kesamaan.

Kehadiran internet memang telah merevolusi cara berinteraksi dan berpolitik.Kajian Schudson (2004) menunjukkan kaitan erat anatara demokrasi dan internet. Media ini sebagai media komunikasi dan pertukaran informasi,berpeluang merevolusi sistem,struktur dan proses demokrasi yang selama ini kita kenal. Dalam buku Firmanzah (2007) dikatakan bahwa pengaruh media massa dalam kehidupan politik merupakan kajian khusus dlam komunikasi politik. Media memiliki kemampuan untuk memengaruhi opini publik dan perilaku masyarakat (Klapper,1960). Media dianggap memiliki peran yang sangat penting dalam mentransmisi (relaying) dan menstimulasi permasalahan politik ( Negrine,1996). Sebaran jangkauan internet yang luas dianggap sebagai cara yang efektif untuk mensosialiasikan program kerja,isu,pesan politik untuk pembentukan citra.

Pembentukan citra untuk meraih popularitas merupakan konsekuensi logis dari demokrasi langsung. Ketika pada zaman orde baru,otoritas pendistribusian kekuasaan ada di tangan partai, maka hari ini Indonesia menerapkan demokrasi langsung dimana rakyat secara langsung memilih dan menempatkan wakil-wakilnya di eksekutif dan legislatif. Pemilu orde baru politisi tidak perlu beriklan secara massif,karena partai yang berwenang menentukan siapa saja yang akan masuk lingkar kekuasaan. Sedangkan era demokrasi langsung berbicara tentang figur yang ditentukan oleh rakyat. Dengan sistem ini,maka politisi langsung berhubungan dengan pemilih.Dengan rentang jumlah penduduk dan sebaran wilayah yang luas,maka media hadir sebagai jembatan untuk menghubungkan politisi dan rakyat.

Penggunaan Facebook sebagai media kampanye memang perlu kita kaji lebih jauh efektifitasnya dalam pemilu 2009.Pertama, jumlah pengguna internet yang masih sangat kecil persentasenya dibandingkan dengan negara-negara lain. Dalam situs www.internetworldstats.com,dari 6 milyar lebih penduduk dunia (6.676.120.288 estimasi th 2008) ternyata sudah ada 1 milyar lebih (1.463.632.361 jiwa) yang terdaftar sebagai pengguna internet. Sedangkan data pengguna internet di Indonesia. Dari jumlah total 237,512,355 jiwa penduduk Indonesia, saat ini (2008) sudah tercatat 25 juta lebih pengguna internet. Padahal pada tahun 2000 yang lalu, pemakai internet di Indonesia baru mencapai 2 jutaan orang. Ini artinya ada peningkatan sekitar 900%.

Kedua,pengguna internet khususnya Facebook berasal dari kalangan kaum muda dan berpendidikan menengah.Melihat mayoritas penduduk Indonesia yang belum melek teknologi dan berpendidikan rendah.Kampanye melalui Facebook hanya akan sedikit sekali berdampak pada peningkatan suara secara signifikan dan hanya sebatas sosialiasi saja. Ketiga,politisi kita belum kreatif untuk meramu strategi pengemasan materi-materi kampanye. Tampilan materi kampanye terkesan masih hanya sebagai perpindahan materi-materi yang ada di famplet.

Strategi politik memang harus memperhatikan realitas yang ada di masyarakat. Nilai-nilai yang tumbuh dan berkembang merupakan modal dasar untuk melakukan marketing politik. Pendekatan marketing selalu berorientasi pasar untuk meramu segmentasi dan positioning politik. Schammel (1995,1996) menyebutkan bahwa kontribusi marketing dalam dunia politik terletak pada strategi untuk dapat memahami dan menganalisis apa yang diinginkan dan dibutuhkan oleh pemilih. Mengikuti hal ini,sarana kampanye konvensional seperti door to door ke lapangan masih sangat berpengaruh. Penggunaan media kampanye melalui televisi juga dianggap masih sangat menentukan. Ini dapat kita rasionalkan dari jumlah mayoritas penduduk Indonesia yang memiliki dan menonton televisi.

Dari beberapa perbandingan di atas, kita melihat bahwa kampanye melalui internet khususnya Facebook belumlah efektif untuk meraih kemenangan pada saat ini. Namun,jika dilihat dari trend peningkatan jumlah pengguna internet dan Facebook,maka dikemudian hari kampanye di dunia maya akan menjadi suguhan yang menarik. Facebook bisa menjadi media alternatif untuk menciptakan digital democracy atau virtual democracy dimana isu-isu sosial politik ditransfer dan diperbincangkan dalam dunia maya. Dengan tampilan yang menarik dan kreatif,bukan tidak mungkin kesuksesan Obama bisa menjadi pelajaran berharga untuk membangun demokrasi.

Adi Surya P

Ketua DPC GMNI Sumedang 2007-2009

Bidang Hukum dan HAM KNPI Sumedang

Mahasiswa KS Fisip Unpad.

Ponari,Pergulatan Akal dan Kepercayaan

Ponari,Pergulatan Akal dan Kepercayaan

Fenomena dukun ponari membuat kita terpukau betapa nilai-nilai mistis masih menjadi batu sandaran yang begitu mengakar kuat dalam masyarakat kita. Ponari,hanyalah satu diantara praktik pengobatan alternatif yang katanya bisa menyembuhkan penyakit di negara ini. Perilaku-perilaku yang menjadikan hal-hal yang berbau gaib menjadi Tuhan adalah bukti kekalahan rasionalitas dan akal sehat. Masyarakat lebih percaya kuasa sebuah batu dibandingkan dengan alat-alat kedokteran untuk menyembuhkan penyakit. Memang hal-hal yang berbau mitos tetap diperlukan untuk menjaga keharmonian sosial. Tetapi ketika sudah beranjak meninggalkan jauh pertimbangan logis,hal ini tentunya adalah bentuk penyimpangan terhadap akal.
Pergulatan antara akal dan kepercayaan memang sudah tercatat dalam sejarah manusia. Setidaknya Socrates dan Aristoteles sudah memulai ini dengan mengkritik masyarakat pada zamannya yang dianggap sebagai masyarakat irasional. Aristoteles bahkan menteorikan ilmu berpikir benar melalui ilmu logika. Namun,seperti yang kita lihat,perilaku masyarakat dipengaruhi oleh nilai-nilai yang ada dan tumbuh bersama masyarakat. Masyarakat barat bertumpu pada akal untuk menyelesaikan persoalan-persoalan keduniawian dikarenakan nilai-nilai yang ada mengkonstruksi pola pikir seperti itu. Begitu pula pada fenomena ponari. Nilai-nilai mistis walaupun tidak terlalu kelihatan di ruang publik,masih mengendap dan diam-diam dipercaya sebagai kepercayaan.
Untuk melihat fenomena Ponari,ada beberapa pertimbangan yang bisa kita jadikan sebagai faktor penyebab. Pertama,persoalan akal ada dalam wilayah cara berpikir yang dikonstruksi melalui lembaga pendidikan. Tingkat pendidikan yang rendah tentunya membuat masyarakat menjadi irasional. Kedua,kendala struktural dari negara. Mahalnya dan buruknya kualitas pelayanan kesehatan akhirnya membangkitkan endapan nilai-nilai mistis sebagai jalan alternatif solusi pengobatan. Ketiga,lemahnya pemahaman agama. Peran agama kemudian menjadi dipertanyakan ketika Tuhan digantikan oleh benda-benda yang materil dan dianggap mewakili kuasa Tuhan. Dan terakhir,peran media televisi dengan tayangan-tayangan mistisnya turut berperan serta menciptakan masyarakat mistis.
Tentunya untuk merubah perilaku masyarakat diperlukan rekayasa sosial (social enggenering) oleh pihak–pihak yang berkepentingan. Insitusi kesehatan diharapkan berperan dalam melayani publik dengan baik. Bukan dalam arti menggratiskan pengobatan saja. Tetapi dalam aspek melayani secara sungguh-sungguh. Seringkali pasien yang berlabel gratis dianggap hanya sebagai beban sehingga pelayananya tidak sungguh-sungguh. Pemuka agama,istitusi pendidikan dan media massa juga adalah aktor-aktor yang selayaknya berperan dalam menciptakan masyarakat rasional dengan bertumpu pada nilai-nilai ketuhanan.

Adi Surya (UCOX)

Mahasiswa Ilmu Kesejahteraan Sosial

Fisip Unpad

Aktivis GMNI.

Aku Selalu Bangga Punya Kau

Aku Selalu Bangga Punya Kau

Suara handphone berbunyi pertanda sms masuk di malam yang cerah. Bergegas kubuka dan aku melihat ada telkomsel call me dari sebuah nomor yang tentunya sangak akrab bagiku. Sebuah nomor yang selalu menemaniku. Dari pagi sampai nanti aku terjaga. Rasa bahagia bercampur benci bergelayut dalam hati. Untuk apa lagi dia menyuruhku menghubungi. Namun,lagi-lagi memang sampai mati aku takkan pernah bisa membencimu. Walau beribu salah,maaf akan selalu ada. Kuhubungi nomor itu. Dan...

Perjalanan hidup di dunia tentunya ada pertemuan dan ada perpisahan. Siapapun tidak bisa mengelak dari keniscayaan hukum kehidupan itu. Begitu juga aku. Pertemuan yang tidak disengaja 4 tahun silam memang sudah takdir Tuhan. Semua orang seolah bersukacita meributkan dan menyebarkan tentang kita. Takkan pernah cukup cerita yang bisa dituturkan dalam lembaran sejarah. Takkan pernah ada kata yang bisa mewakili pergulatan perasaaan saat bersamamu. Dan tidak akan ada yang benar-benar mengerti apa yang kita rasakan. Aku menggenggam erat tanganmu di sebuah sudut meja di pajawan. Kubisikkan di belakang daun telingamu “ aku akan mengambil jalan ini bersamamu”.

Tidak seperti yang diperkirakan banyak orang,ternyata cinta itu tidak lekang dimakan zaman.Bahkan kita pernah mengandaikan bahwa kita adalah dua ciptaan yang saling melengkapi. Yang satu tidak lengkap tanpa kehadiran yang lain. Hampir dalam keseluruhan kita berbeda dan saling mengimbangi. Bahkan aku sendiri pun tidak pernah percaya bahkan kita masih ada. Aku selalu tahu,cinta itu pasti akan menang. Tidak peduli aku sedang bersama siapa dan kau sudah punya yang lain. Seperti yang pernah kita ikrarkan,siapapun nanti yang jadi pendamping masing-masing,namun cinta itu masih milik kita berdua. Aku sangat paham itu.

Kini hari berganti merobek kelender. Musim tidak ketinggalan untuk berpindah tempat dan bulan pun ingin pergi ke belahan dunia lain. Kini aku pun merindumu. Saat-saat terindah yang seumur hidupku tidak akan terlupakan. Kau sudah kuanggap bagian dari separuh jiwaku. Kini,aku tak tahu dimana kau berada. Apa kabarmu dan sudahkah kau membaca buku-bukumu dan makan yang lahap.Hari ini bayanganmu hadir begitu kuat dan senyumku mengembang perlahan mengingat saat-saat itu. Aku tidak pernah menyesal mencintaimu. Tidak akan pernah.

Kau tidak usah kwatir. Aku disini baik-baik saja. Kau tidak perlu membawakan sarapan pagi,karena aku sudah belajar makan di pagi hari. Kau tidak usah lagi ingatkanku jaga kesehatan karena pesanmu itu sudah mendarah daging dan kau tidak perlu sungkan lagi untuk datang kapan pun kau mau. Karena pintu sekre itu akan selalu menyambutmu. Jika kau tidak mau datang ,kau bisa hubungi aku lewat telfonmu. Seperti minggu-minggu yang masih bisa dihitung dengan jari. Tapak-tapak kakimu,suara ibu warung yang tiap hari bertanya tentangmu dan seekor anjing peliharaan yang mungkin sudah rindu akan bau parfum-mu. Kau tetap akan menjadi cinta dan teman bagiku.

Aku Cinta Kau Hp 2133-Miniku


Aku Cinta Kau Hp 2133-Miniku

Tujuan ketika di ihtiarkan terus menerus ternyata tidak mustahil terwujud. Hari ini aku sangat senang dengan teman baruku yang mungil dan centil Hp 2133. Aku sudah sejak lama ingin milikimu. Tampilanmu yang elegan membuatku tak bisa berpaling ke lain hati. Yang paling membuatku lebih bangga adalah biaya membeli netbook ini adalah hasil usaha menulis dan beasiswa. Tanpa sepeser pun kususahkan kantong orang tuaku.

Tapi kita jangan lupa bahwa teknologi diciptakan untuk memenuhi kebutuhan manusia. Jangan biarkan teknologi yang memperbudak kita. Dalam arti, netbook ini harus produktif dan diberdayakan untuk menghasilkan sesuatu. Laptop atau mini notebook ini jangan hanya sekedar menjadi alat mati yang hanya digunakan untuk hal-hal yang tidak menjadi fungsinya. Rencanaku dengan adanya mini 2133 ini, aku ingin lebih produktif lagi mencari ilmu pengetahuan dan menuangkannya dalam tulisan yang dipublikasikan. Sekali lagi, bahwasanya benda-benda diciptkan untuk memenuhi kebutuhan manusia.

Memang benar kata orang bijak bahwa sesusah-susahnya tujuan yang tercapai dengan usaha sendiri hasilnya membuat kita merasa menjadi manusia yang ternyata cukup berharga. Satu target telah tercapai. Sekarang saatnya membuat target lainnya. Aku punya gambaran,kalau aku bisa menyelesaikan skripsi dan belajar bahasa inggeris dengan alat ini. Sekarang tinggal ihtiar lagi dan terus berusaha. Semoga setiap target bisa tercapai dengan memuaskan.

Perang Iklan dan Pasar Politik

Perang Iklan dan Pasar Politik

Logika sederhana untuk memahami perang iklan politik adalah menganalogikannya dengan pola interaksi dalam sebuah pasar. Di dalam pasar,ada pembeli dan penjual yang bernegosiasi untuk mendapatkan sebuah produk. Untuk mendukung penjualan produk,iklan kemudian menjadi media yang efektif untuk mensosialisasikan produk kepada pembeli. Titik persoalannya adalah masing-masing penjual berlomba-lomba mengiklankan produknya dengan klaim yang kadang direkayasa dan bertendensi saling memojokkan sesama penjual .Dalam pasar politik, persaingan antar kandidat melalui perang iklan dapat membingungkan publik,karena masyarakat dipaksa untuk menentukan pilihan dengan citra visual semata.


Aroma persaingan antar kandidat politik adalah hal yang wajar dalam negara demokrasi. Kebebasan yang dimiliki seorang individu dibatasi oleh kebebasan orang lain. Artinya, ada etika yang harus dikedepankan dalam ruang kebebasan. Sejak menganut demokrasi langsung, iklan seolah menjadi mantra tunggal sebagai senjata merebut suara. Padahal sejak masa orde baru yang lebih didominasi otoritas partai,iklan tidaklah terlalu berkembang sebagai media komunikasi. Dari sini kita bisa melihat bahwa strategi politik kontestan pemilu mengikuti apa yang sedang berkembang di masyarakat.

Sebuah iklan sejauh mengutarakan hal-hal yang berguna bagi publik dalam mengambil keputusan politik adalah baik adanya. Namun, seringkali iklan yang muncul hanya mempertontonkan citra calon tanpa pesan yang mudah ditangkap publik. Dalam iklan politik secara umum memuat pengenalan calon dan isu/program. Di tengah maraknya iklan yang ada, kontestan harus jeli menangkap apa yang menjadi kebutuhan publik. Salah satu contoh iklan yang kurang mengena adalah perang iklan antara PDIP dan Jaringan Nusantara (Partai Demokrat). Kedua iklan hanya menonjolkan kesimpulan politik tanpa lebih rinci memberi rasionalisasi darimana kesimpulan diperoleh.


Dalam pasar politik, publik sebagai konsumen tidak boleh bersikap pasif. Masyarakat harus melakukan dialog kritis terhadap setiap iklan. Masyarakat harus bertanya siapa,apa,kenapa dan bagaimana sebuah iklan tersebut hadir di ruang publik. Dengan kondisi mayoritas penduduk yang belum melek politik, memang diperlukan partisipasi aktif publik untuk mendapat informasi. Untuk menjembatani hal ini, peran kontestan politik juga dituntut untuk menghadirkan iklan yang bermafaat bagi masyarakat. Pengumpulan informasi si pembuat iklan akan membantu menjernihkan pilihan publik. Dalam setiap pemilu idealnya rakyat-lah yang menuai kemenangan. Jangan sampai rakyat hanya menjadi korban dari pertarungan iklan kontestan sehingga memperburuk perkembangan demokrasi.


Program Pendidikan Anak Usia Dini

Program Pendidikan Anak Usia Dini

Latar Belakang

Pendidikan merupakan aset penting bagi kemajuan sebuah bangsa. Oleh karena itu setiap warga negara harus dan wajib mengikuti jenjang pendidikan. Kebanyakan anak-anak Indonesia dalam memulai proses masuk ke lembaga pendidikan, mengabaikan pendidikan pada anak usia dini Padahal, untuk membiasakan diri dan mengembangkan pola pikir anak, pendidikan sejak dini utlak diperlukan. Saat ini, emang sudah ada kedasaran ke arah sana. Namun, dengan luas dan jumlah penduduk Indonesia yang besar, lemabag pendididkan anak usia dini masih bersifat seadanya dan banyak yang belum memenuhi kriteria pendidikan anak usia dini Desa Cinanjung adalah desa yang memiliki lembaga pendidikan anak usia dini. Salah satuny adalah PAUD AL-KAUTSAR. Meskipun sudah dapat dikatakan berjalan, yang kerap menjadi asalah adalah kekurangan sarana dan prasarana belajar dan bantuan lebih banyak pengajar.

Tujuan

1. Membantu PAUD Al-Kautsar dalam pemenuhan sarana dan prasarana

2. Mensosialisasikan hakikat PAUD kepada masyarakat, pengajar dan orang tua.

3. Membantu PAUD dengan menjadi mitra dalam belajar mengajar.

Sasaran

- Anak-anak Usia 3-5 tahun

Tempat dan Waktu

- PAUD AL-KAUTSAR, Desa Cinanjung

- Oktober - Januari

Hasil Kegiatan

Fokus dari kegiatan pendampingan ke PAUD Al-Kautsar adalah bagaimana mahasiswa KKN bisa membantu menyediakan sarana dan prasarana yang dibutuhkan dan disesuaikan dengan kondisi yang ada. Pemilihan PAUD Al-Kautsar dilatarbelakangi karena PAUD ini maish baru berdiri dan masih jauh tertinggal dari PAUD lainnya yang ada di desa. Mahasiswa KKN pertama-tama melakukan proses sosialisasi melalui forum lokakarya awal di balai desa kepada masyarakat secara umum dan kepada pengajar PAUD secara khusus. Hasilnya pengajar PAUD dan mahaiswa KKN memeiliki pandangan yang sama dan komunikasi yang intens dengan pengajar PAUD.

Setelah mengidentifikasi. permasalahan yang ada di PAUD Al-kautsar,kami menemukan bahwa kebutuhan PAUD adalah sarana dan prasarana belajar serta pendampingan mahasiswa untuk anak-anak. Sebelumya mahasiswa KKN melakukan diskusi bersama pengajar PAUD tentang hakikat PAUD. Kebanyakan masyarakat umum salah memahami PAUD sebagai metode bermain sambil belajar dan bukannya belajar sambil bermain. Konsekuensinya, anak-anak lebih ditekankan untuk bermain dan belum saatnya untuk diarahkan kepada hal-hal yang belum waktunya. Untuk membantu persoalan ini, mahasiswa KKN kemudian mencari buku-buku untuk anak-anak usia dini sebagai bahan pelajaran tambahan. Buku-buku yang terdiri dari buku menggambar,menghitung dan menulis ini kemudian menjadi materi tambahan dalam proses belajar. Buku-buku yang diberikan,kemudian difotocopy dan menjadi tugas yang wajib diisi oleh anak-anak peserta PAUD di rumah. Ternyata, materi dan bahan-bahan ajar di PAUD Al-Kautsar masih minim dan buku-buku yang disumbangkan oleh mahasiswa KKN sangat membantu.

Kemudian mahasiswa KKN juga menyumbangkan alat-alat tulis dengan harapan anak-anak PAUD yang tadinya menggunakan alat tulis eadanya bisa lebih mudah untuk mengikuti standar pelajaran dan kurikulum PAUD. Seringkali materi ajar PAUD membutuhkan alat-alat tulis yang tidak dimiliki anak-anak. Dengan penggunaan alat tulis, anak-anak seakin mudah dan semangat untuk mengerjakan tugas dan pelajaran lain. Selain itu, mahasiswa KKN juga membuat proposal bantuan dana ke pemerintahan daerah untuk mendapat bantuan dana untuk membantu pemenuhan saran dan prasarana belajar anak..

Untuk membantu pengajar PAUD dalam mengajar,mahasiwa KKN sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan oleh tim PAUD KKN,maka, kami membagi waktu dan turun langsung membantu mengajar di kelas Pada awalnya kami kesulitan dan canggung mengikuti materi yang ada Namun,seiring berjalannya waktu, mahasiswa KKN menjadi terbiasa dan bisa beradaptasi dengan situasi PAUD. Pengajar merasa sangat terbantu sekali, karena ada hal-hal baru yang selama ini belum terpikirkan untuk diterapkan seperti games dan materi tambahan dari mahasiswa KKN.

Dikarenakan waktu KKN hanya 3 bulan,kami ingin agar program ini berkelanjutan sesuai dengan tujuan setelah mahasiswa KKN selesai di lapangan, pengajar sudah paham akan tugasnya Untuk itu,kami sudah mengkounikasikan kepada direktorat PAUD Dinas Pendidikan Sumedang agar memberi pelatihan mengajar PAUD di PAUD Al-Kautsar tentang pengetahuan dan keterampilan dalam mengajar PAUD.

Kendala

1. Masyarakat yang belum terlalu menganggap PAUD sebagai hal yang penting

2. Keterbatasan pengetahuan mahasiswa dan pengajar tentang PAUD

3. Dana

Rekomendasi

1. Program PAUD disarankan dilajutkan oleh KKN gelombang berikutnya

Perguruan Tinggi, Pemilu Dan Pendidikan Politik

Perguruan Tinggi, Pemilu Dan Pendidikan Politik

Kedatangan Bawaslu (Badan Pengawas Pemilu ) ke Departemen Pendidikan untuk menjajaki kerjasama perguruan tinggi dalam pengawasan proses pemilu memberi makna bahwa perguruan tinggi sebagai lembaga strategis perlu memposisikan diri dalam pemilu.Kampus sebagai bagian dari elemen masyarakat sejatinya harus dilibatkan dalam mengawal proses transisi demokrasi di Indonesia. Kesalahan berfikir yang cukup fatal yang menghinggapi selama ini adalah kampus dianggap teritori yang harus bersih dari arena politik. Padahal sebagai pabrik penghasil intelektual, kampus memiliki sumber daya yang potensial untuk mengambil peran dalam arena politik. Sivitas akademika seperti dosen dan mahasiswa merupakan kaum intelegensia sebagai subjek aktif yang dapat dikatakan lebih melek politik dibandingkan masyarakat umum. Namun, disayangkan trauma politisasi kampus pada zaman orde baru mematikan insting peran politik kampus yang mengasingkan diri hanya berfokus pada urusan akademik. Rencana badan pengawas pemilu untuk melibatkan

Pada saat Mohamad Hatta berbicara di Kampus Universitas Indonesia pada tahun 1957, istilah inteligensia muncul ke percaturan pemikiran. Hatta mengingatkan bahwa dengan status sebagai kau terpelajar dan memiliki kedudukan dan peran yang penting dalam masyarakat justru mengimplikasikan tanggung jawab kaum inteligensia yang selalu mencari dan membela kebenaran. Bagi Hatta, kaum inteligensia dengan sendirinya memikul tanggung jawab besar, lebih besar dari golongan masyarakat lain, karena kualitas sebagai yang terpelajar. Kaum inteligensia memiliki kemampuan untuk menguji yang benar dan yang salah dengan pendapat yang beralasan,berdasarkan ilmunya.Disini kaum intelegensia dianggap sebagai kaum memiliki ilmu yang mengadung nilai-nilai moral.Oleh karena itu, kaum integensia memiliki tanggung jawab moril dan bukan hanya intelektual.

Peluit pelaksanaan masa kampanye pemilu 2009 sudah dibunyikan. Tentunya calon-calon kontestan yang mengikuti pertandingan politik akan mulai berlomba-lomba memenangkan kejuaraan lima tahunan ini. Inilah masa dimana partai politik (parpol) datang menjenguk konstituen dan merebut pemilih baru. Dalam waktu kampanye ini, setiap parpol punya strategi dalam merebut simpati masyarakat dan sebagai pemilih, publik harus cerdas melihat apa yang ditawarkan agar tidak terjebak dalam hingar bingar kampanye.

Dalam marketing politik, kampanye diartikan sebagai ajang para kontestan untuk memasarkan produk-produk politik yang ditawarkan untuk mempengaruhi publik agar membeli produk tersebut. Jika kita analogikan dalam ilmu marketing , produsen adalah partai politik, konsumen adalah rakyat dan pasar adalah masa kampanye. Logika ideal pasar adalah dimana produsen dan konsumen sama-sama memiliki hubungan simbiosis mutualisme. Dalam artian, produk politik (isu atau program) harus memberikan kepuasan pada konsumen.

Namun, tenyata cita-cita politik hampir selalu berbeda dengan realitas politik. Parpol sebagai produsen hanya memandang hubungannya dengan konsumen adalah hubungan subjek – objek. Konsekuesi logisnya adalah rakyat dianggap hanya sebagai alat untuk memuluskan parpol untuk menggapai kursi kekuasaan. Setelah menang, parpol balik badan meninggalkan rakyat. Objek identik dengan pasif, dan pasif adalah gambaran matinya ruang interaksi dialogis dan lemahnya posisi tawar ( bargaining position) rakyat di mata parpol.. Disinilah kemudian peran kampus untuk mengambil posisi strategis untuk menjembatani hubungan politisi dengan rakyat yang menghasilkan hubungan yang saling menguntungkan tanpa harus mencederai idealisme dan intelektualitas elemen kampus.

Kampus tidak bisa lepas dari entitas masyarakat yang hanya fokus pada intelectual production. Setidaknya ini tercermin dari Tri Dharma Perguruan Tinggi yang salah satunya adalah pengabdian kepada masyarakat sudah cukup menunjukkan bahwa kampus bukan sarangnya para intelektual menara gading yang terpisah dengan pergulatan kondisi masyarakat. Bahkan sejarah indonesia merdeka dipelopori oleh perlawanan kaum terpelajar dengan penjajah kolonial. Dari sini kita ingin berangkat bahwa kampus tidak seharusnya alergi pada pemilu sebagai pertarungan kekuasaan. Melainkan berdiri di tengah dan menghibarkan bendera netral tapi aktif menjadikan pesta demokrasi lima tahunan ini bisa berjalan dengan baik dan bermanfaat bagi mayarakat.

Beberapa peran bisa diambil oleh kampus sebagai bentuk social control terhadap perubahan sosial. Pertama, peran pengawas. Kampanye tidak pernah luput dari kecurangan, sehingga merugikan investasi politik rakyat. Bentuk-bentuk kampanye yang tidak mendidik hanya akan memberi pendidikan politik yang tidak sehat bagi rakyat. Dosen dan mahasiswa bisa juga melakukan riset sebagai pembanding dan rujukan bagi perkembangan politik yang ada. Kedua, peran fasilitator. Mahasiswa dan dosen tidak boleh anti politik. Karena kita semua adalah zoon politicon yang selalu hidup dan dipengaruhi oleh proses politik. Calon-calon yang belum dikenal rakyat, diperkenalkan melalui forum atau pun acara-acara yang diprakarsai kampus. Ini sebagai bentuk peran menjembatani masyarakat dengan calon, agar masyarakat tidak membeli kucing dalam karung. Ketiga, peran advokat. Ketika proses kampanye melanggar hak-hak masyarakat, maka kampus juga bisa menjadi pembela hak-hak rakyat . Keempat, peran educator. Dengan tingkat pendidikan mayoritas masyarakat kita yang belum melek politik, maka pendidikan politik bagi masyarakat sebenarnya bisa diambil oleh mahasiswa. Elemen kampus yang memiliki tingkat intelektualitas yang lebih harusnya mau turun ke masyarakat sebagai pengejawantahan Tri Dharma Perguruan Tinggi.

Untuk menciptakan kehidupan yang demokratis, maka partisipasi seluruh elemen masyarakat menjadi syarat penting. Namun, partisipasi kampus dalam mengawal proses kampanye, jangan luntur dikalahkan politik uang. Banyak realitas yang terjadi di lapangan, kalangan intelektual kampus justru menjadi broker politik, bahkan mengorbankan idealisme demi pragmatisme sesaat. Partai bisa saja menggunakan potensi mahasiswa dan dosen demi mendukung hasrat kekuasaan. Untuk itu, kampus harus berdiri netral dan jangan bermain di wilayah “ abu-abu “. Biarlah wilayah politik praktis menjadi kawasan para elit politik dan posisi intelektual kampus jangan sampai menjadi politikus karbitan yang masih muda namun sudah berperilaku seperti politikus busuk.

Adi Surya P

Ketua DPC GMNI Kab. Sumedang

Bidang Hukum dan HAM KNPI Sumedang

Mahasiswa Kesejahteraan Sosial

Fisip Unpad